RSS
Menulis adalah sebuah ungkapan perasaan. Walaupun bibir tak mampu berucap namun tulisan mampu mengungkap. Siap-siaplah menjadi tokoh utama dalam cerita Khayalan Siswa Bejo

Selipan Surat Terakhir


Tubuhnya terbaring lemas, tangannya menggengam sebuah surat terakhir dari orang yang sungguh berharga dalam hidupnya. “Ayah...”, setetes air mata membasahi pipinya. Lody, begitulah orang menyebutnya. Ia masih sangat dini untuk menerima kenyataan bahwa hari itu ia tak lagi bersama siapapun. Ayahnya pergi dengan banyak harapan. Ibunya pergi dengan kemuliaan melahirkannya kedunia. Harusnya dia tak disini sendiri, ditempat yang baru 10 tahun yang lalu ia kenal. 


Ia hidup sebatangkara, hidup dari belas kasihan orang-orang yang masih memiliki hati nuari. Makan dari orang-orang yang masih menganggap ia seorang anak yang tak layak hidup sendiri. Malang, sungguh nasib Lody. Ayahnya tak meninggalkan ia tempat berteduh sepetakpun. Kini ia tertidur lelap di kursi taman berwarna hitam. Hanya diterangi rampu taman yang redup, dan diselimuti selembar koran bekas yang basah. “Ayah, dalam malam aku berdoa dengan kesungguhan hati. Aku mampu menjalani ini yah. Tenanglah kau dipelukan Tuhan”. Setiap malam ia selalu berdoa dengan kata-kata yang tak berbeda, dan setiap kali ia berdoa, ia mendengar suara kicauan burung yang merdu. Entah dari mana asal burung itu berada. 

Perutnya tak lagi dapat menahan lapar. Tak seorangpun tau, ia berjalan menelusuri kota Belgia. Membiarkan kakinya yang menjadi raja, kemanapun ia pergi dan dimanapun ia harus berhenti. Seketiak Ia melihat sebuah tempat makan junk food. Ia memberanikan diri untuk masuk dan mengambil sisa makanan orang lain yang tak ia kenal, lalu dengan segera meninggalkan tempat itu. “Terimakasih Tuhan”. Ia terduduk disebuah pohon besar jauh dari keramaian. Pakaiannya yang lusu dan kotor, sandal yang kumal. Dan jaket milik ayahnya. Hanya itu yang ia miliki.

Tak jauh dari tempat ia menghabiskan makanannya, seorang pria berjenggot lebat mendekatinya. “Kamu sendiri ?”. tanya pria itu sangar. 
Lody yang kaget hentak tak menjawab, “dimana rumahmu?”. Tanya pria itu lagi.
Pria berjenggot itu menaikan dagu Lody seakan ingin mengenalinya. Lodypun menjawab dengan nada ketakutan “Saya tidak punya rumah, saya tidak punya orang tua”. Pria itu tersenyum masam. “ikut dengan ku anak laki-laki yang tampan, aku akan memberikanmu hidup yang enak”. Tanpa basa-basi pria itu menarik tangan Lody dan mengajaknya kesebuah rumah kecil yang kotor dan kumal. Lebih mirip seperti gudang. Tampak banyak anak seusianya sedang bersiap-siap. Entah kemana ia tak tahu. “Ni makan !”. memberikan sebungkus nasi. 

“saya dimana?”, tanya Lody pada pria berjenggot itu. “ini rumah mu sekarang, dan kamu harus bekerja untukku..!”, suaranya terdengar jelas ditelingan Lody. Ia tak mampu berbuat apapun. Mungkin ini pilihan yang Tuhan berikan untuk dia yang hanya sebatangkara di Dunia. Mungkin dengan ini dia tidak akan kedinginan, kehujanan lagi untuk tidur. Mungkin dengan ini ia bisa makan dengan lebih mudah. Mungkin dengan ini ia bisa menjadi apa yang Ayahnya inginkan. Pikirnya dalam hati. 

***
Suaranya tak bagus, ia hanya berbekal kaleng bekas berisi batu kecil didalamnya. Berjalan menelusuri kota yang dipikir tak pernah bersahabat dengannya. Ia harus bekerja untuk pria berjenggot itu. Mengamen, meminta-minta, ataupun mencopet. Pekerjaan itu mulai terbiasa ia lakukan beberapa tahun ini. Dan bagi pria berjenggot itu, Lody adalah aset terbesarnya, karena ia selalu menyetorkan uang lebih dari pada teman-temannya, ia juga tak pernah melawan pria itu. 

Sudah menjadi suatu rutinitas bagi Lody untuk melewati sebuah lapangan besar di kotanya. Lapangan ini adalah lapangan sepakbola, tempat para atlet sepak bola berlatih setiap hari. Lody hampir hafal setiap trik dalam permainan sepakbola. Ditangannya saat ini hanya sebuah bola plastik yang ia miliki. Itupun ia ambil dari tongsampah. Lody sangat ingin memiliki bola karet seperti yang digunakan oleh para atlet sepakbola itu. Namun entah kapan ia dapat memilikinya. 

***
Usianya semakin bertambah, kini ia tak lagi si Lody kecil. 14 Tahun, usia yang tak pernah ia sangka mampu ia lewati tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Surat terakhir dari ayahnya masih disimpannya rapi-rapi. Terselip di kantong jaket milik ayahnya yang selalu ia bawa kemana-mana. Ia masih senang melewati lapangan sepakbola yang sungguh megah itu. Kegemarannya kepada permainan sepakbola dan keinginannya yang mendalam untuk memiliki sebuah bola karet membuat Lody remaja berpikir untuk mengambil sebagian dari hasil kerja seharian yang akan disetorkan ke pria berjenggot itu. Lama kelamaan uangnya terkumpul, tanpa sepengetahuan pria berjenggot itu Lody pergi ke sport store. Disana ia membeli bola yang ia idam-idamkan sejak dulu. Semenjak saat itu Lody lebih lama menghabiskan waktunya untuk bermain bola tak jauh dari para atlet berlatih tanpa memikirkan setoran yang harusnya ia berikan kepada pria berjenggot itu. Semakin lama ia berlatih, semakin mahirlah ia dalam trik permainan sepakbola. Hampir semua trik ia kuasai. 

Suatu ketika Lody tak membawa sepeserpun uang kerumah. Hanya sebuah bola ditangannya. Pria berjenggot itupun marah besar. Akhirnya bola ditangan Lody dirampas dan dibacoknya dengan pisau hingga tak berbentuk bola lagi. Hari itu Lody remaja marah, dan pergi melarikan diri dari tempat itu. Ia menangis, dengan kekecewaan. Udara dingin menusuk tubuhnya. Entah ia harus kemana pergi. Kakinya hanya mampu melangkah kepinggiran Lapangan tempat biasanya ia menghabiskan waktunya. Ia tertidur dirumput hijau yang basah, dan hanya diterangi oleh sebuah lampu yang tinggi. 

**
Ia terbangun ditengah teriakan orang-orang yang mengerumuninya. Mereka berpikir Lody mengalami kecelakaan. Seorang pelatih sepakbola yang masih sangat muda menghampirinya. Dilihatnya tubuh Lody lemas dan badannya terasa hangat. Diangkatnya Lody kedalam asrama. Tak lama Lody tersadar dengan wajah pucat, bibirnya terlihat berkeping seming.
“Saya Alex, jangan hawatir kamu sekarang aman”. Kata Alex sambil memeras handuk untuk kompres.

Lody menceritakan semua tentang hidupnya. Dari Lody kecil si penakut, kini menjadi Lody remaja yang pemberani dan punya mimpi. Alex terkesan mendengar ceritanya. Semenjak pertemuan mereka, Lody diajak tinggal bersama-sama dirumahnya. Alex mengajarkan Lody permainan bola dengan detail. Melihat permainan Lody, Alex berniat untuk memasukkan Lody ke Sekolah Sepak Bola. 

***
"pak, saya mohon terima Lody sebagai salah satu murid di akademik ini. Saya yakin dia akan menjadi pemain masa depan yang akan membawa nama Negara kita nantinya. Dia memiliki potensi yang jarang sekali anak seusianya miliki". Terdengar suara Alex sedang berbincang dengan ketua yayasan. 
"tapi pak Alex, kita tidak bisa sembarangan merekrut murid. Bagaimana dengan biayanya nanti?". Sahut ketua yayasan menentang. 
"bapak bisa potong gaji saya setiap bulannya". Jawab Alex tegas. 
setelah lama mempertimbangkan, akhirnya ketua yayasan mengijinkan Lody untuk menjadi salah satu murid di akademik ternama itu.
Permainan bola Lody semakin hari semakin berkualitas. Pada usia ke 18 tahun, dengan usaha dan kerja kerasnya akhirnya ia direkrut untuk mewakili negaranya menjadi pemain utama diajang yang bergengsi se Dunia. 
***
Sepucuk surat diselipan saku jaket diambilnya. surat itu ia baca perlahan. Surat terakhir dari ayahnya yang membuat ia selalu tersenyum semangat. 

Untuk
 Anakku Lody

Lody, anak ku yang paling aku cintai. Ayah tahu kapan ayah harus pergi meninggalkan kamu bersama kenangan kita. Maafkan ayah yang tak mampu meninggalkan apapun untukmu. Maafkan ayah yang tak pernah mampu menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab. 
Lody anak ku yang terkasih.

Dalam malam ayah selalu berdoa, semoga Tuhan memberikan kekuatan untukmu dalam menjalani hari-hari yang sulit tanpa seorangpun disisimu. Anakku Lody, Ayah berharap kamu menjadi seseorang yang berguna nantinya. tidak seperti ayah yang peminum. tidak seperti ayah yang tak berguna untukmu. Ayah yakin Lody anak ku yang kuat. Kamu mampu menjadi seorang Pemain sepakbola yang besar. Ayah yakin... ! 

Lody anak ku yang malang, 
Ayah berpesan padamu, jika kamu menjadi orang besar nanti. ayah berharap kamu tidak akan pernah melupakan orang-orang yang pernah berjasa  untuk hidupmu. Kamu jangan pernah melupakan orang-orang yang masih sangat membutuhkan. jadilah orang besar yang rendah hati dan saling mencintai. 
Ayah.

***
Kini Lody menjadi orang besar yang tak pernah disangka. Ia tak pernah melupakan jasa-jasa pria berjenggot yang telah bersamanya bertahun-tahun. Lody mendirikan sebuah sekolah gratis khusus sepakbola dipinggiran kota, dan ia membuatkan sebuah tempat makan untuk pria berjenggot itu. 
Dan ia memberikan hadiah yang istimewa untuk Alex, yaitu pendamping hidup yang ia dambakan.

(_Inspiration : Wi_)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS