RSS
Menulis adalah sebuah ungkapan perasaan. Walaupun bibir tak mampu berucap namun tulisan mampu mengungkap. Siap-siaplah menjadi tokoh utama dalam cerita Khayalan Siswa Bejo

DUNIAWI



Oleh : O'a


Bibir tersenyum tak berarti suka
Tangan merangkul tak berarti kawan
Mata melirik pertanda amarah
Telinga seakan panas menengar suka
Bibir tak henti bincangkan kebahagiaan saudara
Ketulusan tak lagi sanjungan
Keikhlasan tak lagi terpandang
Sapaan tak seperti rangkulan                 
Tak lagi menoleh ketika saudara terjatuh
Tak lagi mengulurkan tangan ketika duka menghampiri
Kebersamaan tak lagi ada...
Persaingan tak lagi ketulusan
Kedengkian tak lagi keikhlasan
Senyuman tak lagi kebahagiaan
Rangkulan tak lagi persahabatan
                                                            Dimana hilang ciptaan-Nya ?
                                                            Kemana ketulusan itu ?
                                                            Kemana kebersamaan itu ?
                                                            Bagaiamana saling berbagi  itu ?
Semua terhapus oleh kesenangan
Semua terhapus oleh duniawi
Salah siapa ?
Tuhan ?
Manusia ?
Dunia ?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Miracle of 12.12.12





***
Hujan siang hari masih terasa sampai langit gelap. Suara binatang terdengar jelas menanti matahari. Hawa dingin masih terasa. Bau tanah begitu menyengat. Laras kembali membuka catatan kecil dilaci kamar miliknya. Berwarna biru muda cantik dipenuhi gambar kartun doraemon. Ia mulai menulis apa yang baru saja ia alami. Sambil tetawa cekikikan, tangannya mulai menari bersama pena bertinta hitam.
Gayungan sepeda terdengar samar dari kejauan. Kakinya tak henti mendayung hingga sampai di tanah yang becek sehabis hujan. Terlihat rumput basah dan burung terbang beriringan seakan membentuk sesuatu yang sulit untuk ditebak. Sangat indah. Tak tampak satupun bintang berkedip. Hanya awan yang masih memenuhi langit gelap. Terlihat lampu-lampu jalan jelas dari atas tempat ia terduduk. Lampu bandara Ngurah Rai terlihat begitu jelas ketika sebuah pesawat melaju keangkasa. Ia biasa menyebutnya “Rumah Bintang”.
Tak seorangpun dipandangnya ditempat itu. Lilin kecil yang dia bawa dari rumah meneranginya beberapa waktu. Terkaget Laras memandang kembang api seperti bunga yang cantik berwarna-warni menghiasi langit hitam. Tak tahu siapa yang menyalakan. Suaranya ledakannya terdengar sangat jelas dan tampak dekat dari tempat ia terdiam. 

“Jangan hawatir, tutup mata kamu. Aku mau kasi liat sesuatu”. Suara serak itu tak asing didengar. Matanya ditutupi sehelay kain hitam. Dalam kegelapan Laras hanya tersenyum. Entah apa yang akan dilihatnya nanti. “Jalan ya.. ikuti tangan ku.. ”. Suara itu tampak jelas ditelinga Laras. “kita kemana, mau apa ? aku takut jatuh”. Terdengar Laras mulai panik dan tertawa kecil. “iya kamu mulai duduk sekarang.. disini.. geser sedikit.. hadap kekanan”.  Tak lama kain dimata Laras dibuka. Masih samar terlihat cahaya-cahaya kecil dibeberapa tempat terpencar. “Kiran.....”. hanya diterangi beberapa lilin mata Laras terlihat jelas berkaca-kaca. Ia tak mampu lagi mengatakan apapun. Kiran memulai pembicaraan yang serius. Tangan Laras dipengangnya begitu erat. Bersimpuh dihadapan gadis yang begitu ia cintai. Jantung Kiran berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Berkali-kali ia menghela nafas untuk memulai pembicaraan. Diawali dengan senyum, tatapan matanya begitu tajam menatap Laras. “Berkali-kali aku coba buat ngomong. Tapi berkali-kali juga aku gak punya nyali”, Kiran menghela nafas kembali “Laras, coba kamu hitung berapa lilin yang ada disini ?”. Laras tak menjawab. Hanya tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Serasa air mata kebahagiaan ini tak ada seorangpun yang mampu menciptakannya. “bingung mau ngomong apa. Yang jelas makasi ya. Kamu begitu buat aku ngerasa orang yang paling istimewa didunia”. Laras berkali-kali mencoba menghapus air mata bahagianya. Kiran kembali memulai kata-katanya.  “Laras, maukah kamu sayang sama aku seperti aku sayang sama kamu? Maukah kamu ngejalanin hari-hari kamu yang indah ini dengan kehadiran aku disamping kamu? Maukah kamu hidup sama aku senang mau pun susah? Sehat maupun sakit ? aku sangat menharapkan jawaban kamu..”.

    Laras menatap mata laki-laki yang begitu mencintainya.  Suasana beberapa waktu begitu sunyi. Hanya terdengar suara jangkrik yang menjadi nyanyian alam. Ditemani suara jantung Kiran yang berdebar terdengar begitu jelas. Laras mulai menyeluk kantong jaketnya yang berisi chocolate batang yang sedari tadi ia bawa kemana-mana.  Ia buka bungkus yang berwarna emas. Tangan Laras menydorkan sebatang chocolate kacang mede ke depan mata Kiran sambil mencoba berkata “maaf aku gak bisa jawab. Yang jelas, kamu harus tau Kiran apapun hubungan kita perasaan sayang ini gak akan pernah berubah. Hmmm.... Tapi aku mau kamu makan chocolate ini ya. Dan aku yakin kamu akan temuin jawaban dari pertanyaan kamu tadi”.

Dengan perasaan putus asa dan berat hati. Kiran mulai gigitan pertamanya dibagian atas cokelat itu. Sambil mencoba memulai kata-katanya Laras menghela nafas sambil memperhatikan sosok dihadapannya “kamu ingat, susah buat cerminku nerima kamu karna sebuah hal yang gak pernah aku tau. Kamu tau itu adalah hal yang paling sulit untuk aku hadapi. Antara sebuah cinta dan sebuah ketulusan ataupun ketidak adilan bagiku, aku yakin 2 tahun kita sama-sama kamu tahu Petualangan dan tantangan adalah hal yang paling aku nikmati”. Laras menghentikan kata-katanya. Ia mengambin sebuah lilin kecil berwarna biru dan mengambil cokelat yang sedari tadi dimakan Kiran. Diterangi cahaya lilin Laras mendekatkan antara lilin dan belakang cokelat “coba perhatikan. Dan baca ukiran kecil bertulis dibelakang cokelat yang kamu makan....”. Kiran mendekatkan matanya ke objek yang dimaksud. Seketika Kiran memeluk tubuh mungil Laras begitu erat. Sebuah bunga Edelwish menghampiri tangan Laras. “ini aku ambil waktu mendaki bulan lalu, semoga hari ini, bunga ini, lilin ini, nyanyian jangkrik ini, dan semua yang ada disini membawa keabadian yang sejati”.  “oiya aku masih punya satu hal “Kamu merem ya.. ini adalah hal yang paling kamu pengen...”, Kiran tak henti-hentinya memberikan kejutan untuk Laras malam itu. Sungguh bagai seorang putri raja yang diperlakukan seperti sosok agung dihadapan rakyatnya. Tangan mereka memegang subuah kembang api besar yang akan diluncurkan. Menghiasi langit yang gelap menjadi bercahaya dan berwarna indah. “buka mata kamu”. Dengan hati-hati ia merasakan apa yang ia pegang. Histeris antara bahagia dan takut bercampur aduk. “Pegang yang erat yaa”, satu persatu kembang api keluar dari corong kecil. Terdengar begitu menggelegar. Semua terasa tak akan terulang lagi. Ditariknya nafas Laras masih berbau tanah yang basah. “makasi kejutan yang indah hari ini. Semoga bisa jadi sebuah cerita terindah yang gak akan pernah aku lupa. 

“siaaaalll..... “, suara laras terdengar begitu jelas diranjang tempat tidurnya. Dilihatnya kalender yang ada dimeja kerjanya. “just dream.... oh god, my dream so beautiful. Miracle of 12.12.12? kapan-kapan aja lah... “. Kembali menarik selimut menutupi seluruh badannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS