RSS
Menulis adalah sebuah ungkapan perasaan. Walaupun bibir tak mampu berucap namun tulisan mampu mengungkap. Siap-siaplah menjadi tokoh utama dalam cerita Khayalan Siswa Bejo

DUNIAWI



Oleh : O'a


Bibir tersenyum tak berarti suka
Tangan merangkul tak berarti kawan
Mata melirik pertanda amarah
Telinga seakan panas menengar suka
Bibir tak henti bincangkan kebahagiaan saudara
Ketulusan tak lagi sanjungan
Keikhlasan tak lagi terpandang
Sapaan tak seperti rangkulan                 
Tak lagi menoleh ketika saudara terjatuh
Tak lagi mengulurkan tangan ketika duka menghampiri
Kebersamaan tak lagi ada...
Persaingan tak lagi ketulusan
Kedengkian tak lagi keikhlasan
Senyuman tak lagi kebahagiaan
Rangkulan tak lagi persahabatan
                                                            Dimana hilang ciptaan-Nya ?
                                                            Kemana ketulusan itu ?
                                                            Kemana kebersamaan itu ?
                                                            Bagaiamana saling berbagi  itu ?
Semua terhapus oleh kesenangan
Semua terhapus oleh duniawi
Salah siapa ?
Tuhan ?
Manusia ?
Dunia ?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Miracle of 12.12.12





***
Hujan siang hari masih terasa sampai langit gelap. Suara binatang terdengar jelas menanti matahari. Hawa dingin masih terasa. Bau tanah begitu menyengat. Laras kembali membuka catatan kecil dilaci kamar miliknya. Berwarna biru muda cantik dipenuhi gambar kartun doraemon. Ia mulai menulis apa yang baru saja ia alami. Sambil tetawa cekikikan, tangannya mulai menari bersama pena bertinta hitam.
Gayungan sepeda terdengar samar dari kejauan. Kakinya tak henti mendayung hingga sampai di tanah yang becek sehabis hujan. Terlihat rumput basah dan burung terbang beriringan seakan membentuk sesuatu yang sulit untuk ditebak. Sangat indah. Tak tampak satupun bintang berkedip. Hanya awan yang masih memenuhi langit gelap. Terlihat lampu-lampu jalan jelas dari atas tempat ia terduduk. Lampu bandara Ngurah Rai terlihat begitu jelas ketika sebuah pesawat melaju keangkasa. Ia biasa menyebutnya “Rumah Bintang”.
Tak seorangpun dipandangnya ditempat itu. Lilin kecil yang dia bawa dari rumah meneranginya beberapa waktu. Terkaget Laras memandang kembang api seperti bunga yang cantik berwarna-warni menghiasi langit hitam. Tak tahu siapa yang menyalakan. Suaranya ledakannya terdengar sangat jelas dan tampak dekat dari tempat ia terdiam. 

“Jangan hawatir, tutup mata kamu. Aku mau kasi liat sesuatu”. Suara serak itu tak asing didengar. Matanya ditutupi sehelay kain hitam. Dalam kegelapan Laras hanya tersenyum. Entah apa yang akan dilihatnya nanti. “Jalan ya.. ikuti tangan ku.. ”. Suara itu tampak jelas ditelinga Laras. “kita kemana, mau apa ? aku takut jatuh”. Terdengar Laras mulai panik dan tertawa kecil. “iya kamu mulai duduk sekarang.. disini.. geser sedikit.. hadap kekanan”.  Tak lama kain dimata Laras dibuka. Masih samar terlihat cahaya-cahaya kecil dibeberapa tempat terpencar. “Kiran.....”. hanya diterangi beberapa lilin mata Laras terlihat jelas berkaca-kaca. Ia tak mampu lagi mengatakan apapun. Kiran memulai pembicaraan yang serius. Tangan Laras dipengangnya begitu erat. Bersimpuh dihadapan gadis yang begitu ia cintai. Jantung Kiran berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Berkali-kali ia menghela nafas untuk memulai pembicaraan. Diawali dengan senyum, tatapan matanya begitu tajam menatap Laras. “Berkali-kali aku coba buat ngomong. Tapi berkali-kali juga aku gak punya nyali”, Kiran menghela nafas kembali “Laras, coba kamu hitung berapa lilin yang ada disini ?”. Laras tak menjawab. Hanya tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Serasa air mata kebahagiaan ini tak ada seorangpun yang mampu menciptakannya. “bingung mau ngomong apa. Yang jelas makasi ya. Kamu begitu buat aku ngerasa orang yang paling istimewa didunia”. Laras berkali-kali mencoba menghapus air mata bahagianya. Kiran kembali memulai kata-katanya.  “Laras, maukah kamu sayang sama aku seperti aku sayang sama kamu? Maukah kamu ngejalanin hari-hari kamu yang indah ini dengan kehadiran aku disamping kamu? Maukah kamu hidup sama aku senang mau pun susah? Sehat maupun sakit ? aku sangat menharapkan jawaban kamu..”.

    Laras menatap mata laki-laki yang begitu mencintainya.  Suasana beberapa waktu begitu sunyi. Hanya terdengar suara jangkrik yang menjadi nyanyian alam. Ditemani suara jantung Kiran yang berdebar terdengar begitu jelas. Laras mulai menyeluk kantong jaketnya yang berisi chocolate batang yang sedari tadi ia bawa kemana-mana.  Ia buka bungkus yang berwarna emas. Tangan Laras menydorkan sebatang chocolate kacang mede ke depan mata Kiran sambil mencoba berkata “maaf aku gak bisa jawab. Yang jelas, kamu harus tau Kiran apapun hubungan kita perasaan sayang ini gak akan pernah berubah. Hmmm.... Tapi aku mau kamu makan chocolate ini ya. Dan aku yakin kamu akan temuin jawaban dari pertanyaan kamu tadi”.

Dengan perasaan putus asa dan berat hati. Kiran mulai gigitan pertamanya dibagian atas cokelat itu. Sambil mencoba memulai kata-katanya Laras menghela nafas sambil memperhatikan sosok dihadapannya “kamu ingat, susah buat cerminku nerima kamu karna sebuah hal yang gak pernah aku tau. Kamu tau itu adalah hal yang paling sulit untuk aku hadapi. Antara sebuah cinta dan sebuah ketulusan ataupun ketidak adilan bagiku, aku yakin 2 tahun kita sama-sama kamu tahu Petualangan dan tantangan adalah hal yang paling aku nikmati”. Laras menghentikan kata-katanya. Ia mengambin sebuah lilin kecil berwarna biru dan mengambil cokelat yang sedari tadi dimakan Kiran. Diterangi cahaya lilin Laras mendekatkan antara lilin dan belakang cokelat “coba perhatikan. Dan baca ukiran kecil bertulis dibelakang cokelat yang kamu makan....”. Kiran mendekatkan matanya ke objek yang dimaksud. Seketika Kiran memeluk tubuh mungil Laras begitu erat. Sebuah bunga Edelwish menghampiri tangan Laras. “ini aku ambil waktu mendaki bulan lalu, semoga hari ini, bunga ini, lilin ini, nyanyian jangkrik ini, dan semua yang ada disini membawa keabadian yang sejati”.  “oiya aku masih punya satu hal “Kamu merem ya.. ini adalah hal yang paling kamu pengen...”, Kiran tak henti-hentinya memberikan kejutan untuk Laras malam itu. Sungguh bagai seorang putri raja yang diperlakukan seperti sosok agung dihadapan rakyatnya. Tangan mereka memegang subuah kembang api besar yang akan diluncurkan. Menghiasi langit yang gelap menjadi bercahaya dan berwarna indah. “buka mata kamu”. Dengan hati-hati ia merasakan apa yang ia pegang. Histeris antara bahagia dan takut bercampur aduk. “Pegang yang erat yaa”, satu persatu kembang api keluar dari corong kecil. Terdengar begitu menggelegar. Semua terasa tak akan terulang lagi. Ditariknya nafas Laras masih berbau tanah yang basah. “makasi kejutan yang indah hari ini. Semoga bisa jadi sebuah cerita terindah yang gak akan pernah aku lupa. 

“siaaaalll..... “, suara laras terdengar begitu jelas diranjang tempat tidurnya. Dilihatnya kalender yang ada dimeja kerjanya. “just dream.... oh god, my dream so beautiful. Miracle of 12.12.12? kapan-kapan aja lah... “. Kembali menarik selimut menutupi seluruh badannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Chocholate

hei... selamat bertemu lagi 
aku sudah lama menghidnrimu 
sialkulah.. kau ada disisni .. 
sungguh tak mudah bagiku.. 
rasanya tak ingin bernafas lagi . 
tegak berdiri didepanmu kini 
sakitnya menysuki jantung ini 
melawan cinta yang ada dihati 
     dan upayaku tau diri 
tak selamanya berhasil pabila 
kau muncul terus begini 
tanpa pernah kita bisa bersama ,, pergilah..... 
menghilang sajalah lagi .. 

bye...  selemat berpisah lagi, meski masih ingin menadangimu 

lebih baik kau tiada disini .. 
sungguh tak mudah bagiku 
menghentikan segala 
hayalan gila....
jika kau ada dan ku cuma bisa 
meredam menjadi yang disismu 
membenci nasibku yang tak berubah 

berkali kali kau berkata 

kau cinta tapi tak bisa 
berkali kali ku berjanji menyerah ... 
                                                 ( maudy_Tahu diri)

      Hari ini aku kembali bertemu sosok yang betahun-tahun begitu sulit tuk ku lupakan. entah apa yang membuat perasaanku begitu gentir melihat dia berdiri tak jauh dari tempatku terdiam. "cinta namun tak bisa" sepintas kata-kata itu membuat jantungku begitu cepat.

dia melihatku... secepat mungkin aku membalikan badan berhadap dia tak memperhatikan ku. mulutku tak berhenti komat-kamit lupakan.. lupakan.. lupakan.. 
selangkah demi selangkah kaki ku mulai keluar dari keramian. tempat yang tepat disini, dikursi bercat hijau sedikit berkarat ditemani lampu taman tersorot dibeberapa bagian. gemericik air terdengar jelas..
  Entah apa yang aku rasa saat ini.. air mata seketika membasahi pipiku.. teringat beberapa tahun yang lalu sosoknya begitu mencintaiku. namun kini entah aku tak mengerti.
     
       tak sadar seseorang memegang pundakku begitu lembut. "Hei... kenapa nangis?". aku spontan membalikkan kepala. sosok tak asingku lihat, sosok tak mungkin ku lupakan, sosok yang selalu membayangi hari-hariku, sosok yang baru saja aku lihat dikeramaian. "Den...den..dendy". suaraku terbata-bata. mataku mengembang.   perasaanku ...entah aku tak tahu.
  kedua telapak tanganku mengusap wajah. bibirku tersenyum tipis. "aku boleh duduk disini ?". katanya sambil membersihkan kursi disebelahku. aku menjawab dengan senyuman ...
"long time no see u .. .. haammm...", menghela nafasnya, kemudian melanjutkan kata-kata yang tersedat "btw  kamu kenapa nangis?". memandangku dalam dalam..
"gak kenapa, cuma tadi ada orang yang injek kakiku disana, sakit banget, gak nahan sampe keluar air mata". kataku sambil tertawa kecil. yang ku tau.. aku harus menyembunyikan semua yang terjadi malam ini.
"hahaha... gokil banget sampe segitunya...". tertawa terbahak.
   aku tak pernah melupakan aroma parfum ini. bau shampo itu. kemeja yang ia pakai malam ini. tak ada yang berubah dari dia.
 aku dan dia menghabiskan malam pergantian tahun yang tak ku duga bersama kenanganku. bercerita banyak tentang kehidupan baru kita. teratawa.. dan akhirnya ......
"Sinta.." suaranya terdengar begitu jelas memanggil namaku. "Aku kangen banget sama kamu, kangen yang dulu".
   aku terdiam dalam tawa.. dia bilang apa? aku budeg banget sih... gak mungkin dia bilang gitu.. kataku dalam hati..
 dia meyakinkanku.. dan kembali mengulangin kata-katanya "aku kangen pas kita jalan bareng dulu..ketawa bareng, susah bareng, dorong mobil bareng... haha". matanya menerawang keatas langit, seketika kurasakan kedua tangan memelukku, terasa begitu erat. beberapa saat terbayang saat kita masih bersama.
  
     Dua tahun yang lalu...
Aku tak pernah lupa saat itu aku membuat sebuah kebohongan besar dengan orang tua Dendy. ia mengenalkanku pada ayah dan ibunya ditengah syukuran  rumah barunya. "Sinta..", ucapku sambil menjabat tangan orang yang baru aku kenal. aku melihat sosok wanita yang begitu keibuan namun sedikit tomboy mengenakan krudung putih dengan baju bermotif bunga-bunga, nampak serasi dengan bros yang digunakan. Wanita itu tersenyum masam. entah apa yang membuat hatiku ragu saat itu. aku mengikuti prosesi syukuran sampai selesai. aku duduk di sebelah Dendy dengan perasaan was-was. doa-doa agama islam dilantunkan. tiba-tiba ibu Dendy mendekatiku "kamu gak hafal ya ?". tanyanya sinis. seketika jantungku serasa ingin copot. aku hanya tersenyum masam. bingung harus jawab iya atau gak.

Dimobil saat mengantar pulang...  

"ibu kamu kayak gak suka sama aku", kataku pada dendy sinis.
 "ibu memang begitu.. tenang aja ya".
hari buruk itu berlalu. beberapa bulan aku gak pernah liat sosok wanita itu lagi. perasaan bersalah timbul setiap aku denger Dendy lagi kumpul sama keluarganya. aku ngerasa ada hal yang paling berdosa yang pernah aku lakuin.

Odalan di Pura Uluwatu... 

    saat itu adalah Odalah di Pura Uluwatu, seperti biasa aku dan keluargaku bersiap untuk sembahyang ke Pura yang penuh misteri bagiku. kenapa? Gimana cobak caranya tuhan bikin pura diatas tebing mencuram gitu? mencurigakan kan ?  
  Ditengah perjalanan tiba-tiba mama yang seketika menghentikan laju mobil di salah satu warung memintaku untuk turun untuk membeli korek gas. aku melihat keadaan sekitarku, tengok kanan kiri layaknya pejuang yang mau perang. disebelah rumahnya Dendy!  hatiku menggebu-gebu berharap nanti Dendy keluar dari rumah liat aku. dengan pe-de aku turun dari mobil bergaya elegan.
"buk korek gas" aku ngeliatin rumah Dendy bersemangat. seorang wanita yang tak asing tampak memberikan korek gas itu. "2000 gek". aku spontan terkaget melihat sosok wanita itu. aku yang pake baju kebaya ciri khas agama hindu dan ibu Dendy yang pake krudung. otomatis kaget liat aku yang tadinya disangka agama islam dan muncul saat syukuran. ternyata Hindu.
  aku tersenyum masam. beberapa jam setelah kejadian itu. seseorang dari kejauhan berbicara lewat telepon. suara yang tak asing aku dengar. "Kamu sinta kan? saya ibunya Dendy. saya minta kamu jangan berhubungan lagi sama anak saya... tut.. tuut..  tuut.." tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun suara telepon itu terputus. tak lagi terdengar suara orang yang sedang berbicara. Jantuungku spontan berdetak kencang begitu kencang dari sebelumnya. mataku spontan terburam. bibirku bergetar basah. handphone ditanganku terjatuh ke sofa.
  aku gak mungkin salah .. itu ibu dendy. .

   Tiga hari Dendy berusaha menghubungiku. lewat teman kampus, orang-orang terdekat. Hingga akhirnya  Dendy menungguku didepan rumah dari pagi sampai sore aku keluar diri dari penjara kamarku. Matanya terlihat letih memandangi rumahku. tak seorangpun dirumahku mengetahui hubungan kita. 100 lebih misscall dari Hpnya tapi tak sekalipun aku tanggapi.

aku masih takut ngomong soal itu.. aku takut kehilangan kamu.. 
 aku melihatnya dari kaca rumah.
"siapa itu nak?". terdengar suara mama berbisik.
"Dendy, temen kampus". jawabku singkat.
"suru masuk nae..", keluar membuka pintu dan memanggil Dendy yang sedari tadi terduduk diatas mobil putih miliknya.
"maa! jangan dipanggil". haduh.. harus ngomong apa sekrang...
Dendy spontan kaget melihat mama keluar rumah dan memaksanya masuk. aku sembunyi ke kamar bagaikan maling ketangkep basah. Suara mama jelas memanggil. "sinta... temen kamu ni nak".
mungkin ini saatnya. iya ini saatnya. iya aku harus bisa. walau susah. tapi harus. harus. harus. 

aku memberanikan diri keluar kamar. pakaian tidur tak lepas sedari tadi. rambut kusam. dengan mata mengembang. lengkap sudah seperti tawanan 2 tahun penjara. Dendy mengawali kerinduanya dengan senyuman.

"Aku tau semuanya, kamu jangan jelasin apa-apa lagi ya. aku harusnya bilang ini sebelum ibu telepon kamu". Dendy nyeroscos sebelum aku menghentikan nafasku untuk memulai penjelasan. "iya". aku tertunduk. membendung air mata.
"kita keluar yuk, gak enak ngomong disini". dengan pakaian compang-camping Dendy menyeretku. sebelumnya berpamitan dengan mama.

Suara Ombak.. 

  Suara tuhan yang paling indah. . dia mengajakku ketempat pertama kali kita mengawali hubungan ini. dan entah mungkin ini adalah tempat terakhir pula aku dan dia menjalani hari-hari bersama. "Sinta, aku belum pernah ketemu seseorang seperti kamu sebelumnya. kamu adalah perempuan yang paling istimewa dihatiku setelah ibu". kedua tangannya menyentuh pipiku. "namun ini pilihan yang berat. antara ibu dan kamu". tatapannya begitu tulus. bibirnya bergetar memulai kata-katanya lagi. "Mungkin kita memang harus akhirin semua ini. Aku cinta kamu. tapi tak bisa". mataku mulai membendung. suaranya mulai tak terdengar samar.
"kita gak mungkin jalanin hubungan ini tanpa ada restu dari ibu aku ataupun mama kamu nanti". aku mengangguk. "ini sulit, kalau kita maksain kehendak kita, sembunyi-sembunyi ? itu akan lebih sakit nantinya". suaranya begitu dewasa membuat aku mencoba mengikhlaskan.

 di dalam hati ini .. 

hanya satu nama.. yang ada dilubuk hati kuigini 
kesetiaan yang indah. takkan tertandingi.hanyalah dirimu satu peri cintaku.. 
Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai.. 
aku untuk kamu.. kamu untuk aku .. 
namun semua apa mungkin Iman kita yang berbeda.......

(Marcel-pericintaku)

Jantungku bergetar. Pikirku ini adalah Pelukan terakhir yang tak akan mungkin aku lupakan. Cintaku berakhir karna Iman kita yang berbeda. Setahun lebih mencoba pertahankan kesetiaan. dan akhirnya harus berakhir dengan hal yang sangat sulit untuk aku terima.
tuhan memang satu.. iman kita yang berbeda. sahutku dalam hati terdiam.
"kamu gak boleh sedih. ini terbaik untuk kita". dan semua akan indah pada waktunya. jawabku dalam hati.
My chocholate

Hingga hari ini tak ada seorangpun yang mampu menggantikan sosok yang telah menjadi separuh dari diriku. Suara kembang api menjadi suara merdu malam pergantian tahun yang tak terduga. "aku punya sesuatu untuk kamu..". sambil memberikan sebuah cupcake cokelat "taraa.... ini yang nemenin hari-hari aku tanpa kamu. dulu kamu pernah bilang paling suka sama cokelat dan aku paling suka sama cup cake. jadi aku beli cupcake rasa cokelat.." kita ketawa kecil. aku mulai menanggapi perbincangan ini dengan serius.
  "dulu kamu inget gak den? kamu selalu kasi aku cokelat.. tapi kamu cuma tau aku suka cokelat aja, dan gak tau maksud dari itu.. kadang aku ketawa lo pas kamu kasi aku cokelat".
"lo kenapa memang? itu makanan favorite kamu kan sin?". aku mengeluarkan sebatang cokelat dari tas. "Dendy, dulu sebelum sama kamu aku selalu suka makan cokelat. kenapa ? karna aku ngerasa nyaman tenang dan ngerasa aku punya temen yang paling setia sama aku. cokelat bikin aku lupa sama masalah temen, tugas, kampus, dan yang lainnya. tapi setelah aku kenal kamu, deket sama kamu, dan akhirnya sayang, aku udah gak suka sama cokelat lagi". aku menatap dalam-dalam wajah yang aku rindu selama ini, kemudian melanjutkan penjelasanku, "kenapa? karna aku udah nemuin cokelat yang sebenarnya. temen yang bisa gantiin cokelat dihidupku. seseorang yang bikin aku nyaman. seseorang yang lebih dari sekedar sebatang cokelat. seseorang yang saat itu berharap tak akan tergantikan". belum terjelaskan tiba-tiba bibirku terasa bersentuhan... dia kembali mendekapku. walau dia cinta namun tak bisa.  namun dia tetaplah cokelat teman hidupku yang hanya mampu ku rasa seorang diri. walau dia tak lagi untuk ku .. namun dia tetap cokelat yang paling aku sayang....
       aku gak akan pernah lupa malam ini my chocholate...

                                                                                                                               Ode Arieska


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hari Terakhir

Rahasia.. coba lihat apa yang akan terjadi denganku dan keluargaku esok .. 
 masihkah indah seperti hari ini? 
Rahasia.. coba beri tahu, apa yang seharusnya aku berikan untuk kedua cerminku hari ini ! akankah aku bertemu mereka esok ? akan kah aku melihat senyum mereka esok ?
  Rahasia... 
Aku tak mungkin kembali mengulangi pertanyaanku lagi.. kau adalah Rahasia. dan kau tak akan pernah mungkin mau memberi tahu kan ku hal yang rahasia di hari esok. 

namun... 
aku hanya mendengar bisik mu "Kau harus menganggap hari ini adalah hari terakhirmu memandang matahari, hari terakhirmu menghirup udara, hari terakhirmu melihat senyum kedua cerminmu.. maka kau akan melakukan hal yang paling spesial hari ini untuk hidup mu.. untuk orang-orang yang paling kau sayang". 

Jawabku yang sederhana..
"aku akan membuat bahagia itu sederhana.. membuat kedua cerminku tersenyum hari ini.. cerminku "orang tua ku" cerminku adalah ia yang dapat melihatku dari luar hingga dalam, dari kecil hingga saat ini.. memberikan ku cinta yang sederhana namun istimewa. begitu pula aku akan menjadikan bahagia hari ini sederhana.

  Sesal berarti keterlambatan, buatlah setiap harimu adalah hari terakhirmu.. maka kau akan berbuat hal terbaik dalam hidupmu ... 
karna sesalmu, adalah butamu..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

~.~ Cintaku Harapanku ~.~

          hari ini ulang tahun nya yang ke 17, rasanya aku ingin melangkahkan kaki ku keluar dari tempat ini untuk menghadiri pesta ulang tahunnya. namun kurasa tak mampu tuk lakukan itu. aku yang kini tengah berbaring di tempat tidur. hanya mampu membuka laptopku dan mengirim ucapan "happy b'day" di wall facebooknya. 
aku orang yang mencintainya. aku yakin dia tahu hal itu, namun entahlah dengan perasaan dia padaku. 

namun perasaan itu tak mampu ku lanjutkan untuk tetap dekat bersama dia. 3 tahun lebih aku mengenalnya, dan 3 tahun lebih aku selalu bersamanya. menjalani masa-masa remajaku, tertawa bersama, menangis bersama. seketika aku tahu, aku tak mungkin lagi mengikuti kata hatiku untuk selalu dekat.
      aku yang tak ingin ungkapkan keadaanku, aku lebih memilih agar ia tak tahu tentangku lagi. kata ibu, dia selalu bertanya tentangku. namun aku benar-benar tak mau dia tahu dengan kenyataanku. 
   sudah 3 bulan aku berbaring di ranjang Rumah Sakit. aku yang semakin hari ingin melupakannyapun tak mungkin rasanya untuk itu. 3 tahun aku bersama-sama kenangan yang melekat tak mungkin ku lupakan dengan mudahnya. 
   
aku tertidur sambil memandangi langit-langit rumah sakit, aku teringat kejadian beberapa bulan yang lalu. malam itu, terakhir kalinya aku bertemu dengan dia. 
     Aku sangat ingat, ia menyukai seorang gadis yang sempurna. cantik, pintar, manis, dan tentunya orang yang tidak merepotkan sepertiku. aku sebagai orang yang mencintai dia tak mampu mendengar setiap patah kata yang keluar dari bibirnya mengenai gadis itu. 
   entah apa yang membuatku terlihat bodoh. akhirnya aku mengorbankan perasaanku demi melihat dia bahagia. perlahan aku mendekati gadis itu "Rani" namanya. andai saja aku mampu bisa berada di posisi rani .. namun tak mungkin terjadi. 
    Rani bukan orang baru yang aku kenal, dia adalah temanku saat aku duduk dibangku SMP. tak ada alasan untuk aku tidak menyetujui pilihannya.

"Ran, kamu tau Raffa ? dia sahabatku".. kataku mengawali pembicaraan dengan dia dihalam sekolah. "ya, aku tau, yang tinggi, putih, itu kan ?", jawab Rani.    
   "Yap ! benar!!... menurut kamu dia gimana ?", aku yang berharap dia tidak tertarik dengan Raffa ternyata salah. "semua tau dia kali Jess, dia ganteng pinter, hmmm i think perfect boy", jawab rani bersemangat. 

Entahlah saat itu aku tak mampu lagi berkata apapun, mereka saling menyukai. aku bersikap sebagai teman yang baik mencoba untuk menawarkan jasa mak Comblang. Of course dia mau... 
   aku ngenalin Raffa sama Rani secara  langsung dikantin, aku mencoba untuk tegar dan tentunya tetap tersenyum walau di balik itu semua hati ku menangis. akirnya mereka ngobrol bareng di kantin, aku yang gak kuat nahan tangis, pergi ke kamar mandi. 
     aku ingat saat itu aku menangis begitu sakit. ku keluarkan foto Raffa dan aku dari dompet. aku tersenyum namun begitu sakit. saktit. sungguh sakit... ku ingin teriak namun tak mampu..
 
Beberapa minggu setelah kejadian itu, hubungan mereka semakin dekat, sangat dekat. Saat itu seingatku malam minggu, tiba-tiba Raffa datang kerumahku dengan sepeda motornya. aku hafal betul suara Motor itu. aku bergegas turun dan melihat dia didepan rumah. aku menghampirinya, dia menarikku dan mengajaku untuk ikut dia malam itu. Entahlah kemana... 
   Karena motor yang dia kendarai seperti motor GP, aku diminta untuk tetap berpegangan. disana pertama kali aku memeluknya, disana pertama kali aku merasa dia milikku, dan disana pula aku merasa nyaman dan aman, tak ingin aku mengakhiri saat itu.. sampai sekarang aku masih ingat betul aroma parfum yang dia gunakan malam itu.
          aku tak ingin terlepas...

tapi itu tak berlangsung lama. akhirnya kita sampai disalah satu mall. "ngapain kita kesini..?", tanya ku pada raffa. tapi raffa hanya tersenyum tak menjawab. senyumnya membuat aku tak hawatir dan terasa tenang.
  Raffa memegang tanganku erat selama di mall. aku hanya terdiam, tak tahu harus bicara apa. tanganku basah lagi.. akhirnya kita sampai di salah satu toko Aksesoris. 
dia memakaikanku kalung yang sangat indah, dia memintaku untuk memilih. aku berdiri disebelahnya seolah menjadi seorang wanita yang sempurna didampingi laki-laki seperti dia. 
       Dia tak bicara apapun, hanya tersenyum sepulangnya dari mall itu. seingatku dia menghentikan laju motornya disalah satu warung bakso. "Ini untuk Rani, besok aku mau nembak dia Jess",  aku mendengar kata-kata itu seketika tersedak. sakit. kecewa, hancur. sedih. tak mampu berkata apapu. 
saat itu juga aku pergi dari hadapan raffa. aku berlari.., terdengar suara dia memanggilku. kencang sangat kencang. tapi aku tetap berlari... aku berlari entah kemana. suara raffa terdengar sangat jelas dan masih tengiang di telingaku "Ini untuk Rani, besok aku mau nembak dia Jess".......
    aku berlari dengan air mata di pipiku... 
cahaya mendekatiku. dan aku tak ingat apapun lagi...

seingatku baru satu bulan yang lalu aku tersadar sedang tertidur di Ranjang ini. kedua orang tuaku menangis bahagia namun penuh duka. saat itu aku membuka mata perlahan. aku tak mampu menggerakkan kaki ku. aku tak tahu apa yang terjadi, namun aku tak melihat ujung kakiku lagi.
   ibu memelukku erat, ayah mencium keningku.. "akhirnya Jessi sadar..". aku masih tak tahu apa yang terjadi. Ternyata aku sudah tertidur selama 2 bulan.
 satu hari setelah aku sadarkan diri, aku merasa hari itu panas. sangat panas, aku membuka selimut di tubuhku. aku terkaget melihat sebelah kaki ku hilang. 

aku syok sangat syooook... aku berteriak dan membuat kegaduhan, ibu yang tengah tertidur seketika bangun dan panink mendengar teriakanku. ibu memeluku. 
      saat itu aku tak ingin seorangpun tahu kadaanku. hingga hari ini, aku tak mau Raffa tahu tentang aku lagi. tu. aku tak bisa lagi bermain-main seperti biasa. aku tak mampu lagi berjalan.. aku tak mampu lagi bermain basket dengan Raffa. aku mengalami tekanan batin beberapa bulan. namun perlahan aku mampu menerima hal itu. 
 sampai saat ini aku tak tahu bagaimana kadaan Raffa dan cintanya. sampai saat ini aku tetap menyimpan perasaan cinta untuk Raffa.
  Dan cintaku hanyalah harapanku....seperti balon yang dilepaskan keudara.. bebas namun akan meledak ditengah jalan menuju angkasa...


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERI KECILKU




                            .:. .:. .:.
Terdengar suara mereka memanggil-manggil namaku dari arah yang berlawanan. Dirangkulnya dagangan yang selalu ia bawa kemana-mana, namun tak hanya itu. Kedua tangan merekapun masih memegang Koran dan beberapa majalah milik seorang koko dari took majalah diujung perempatan. Aku memandangi mereka begitu ceria. Ada yang memainkan botol bekas yang berisi kerikil kecil didalamnya. Ada pula yang hanya mengelapi satu persatu setiap kendaraan yang berhenti di lampu merah.
        Cuaca hari ini sama seperti sebelumnya, panas dan tak bersahabat. Hari ini aku kembali mengunjungi adik-adik ku di lampu merah patung ngurah rai. Mereka menyambutku penuh dengan kegembiraan. Mereka adalah sekumpulan anak kecil di bawah umur yang diharuskan bekerja hanya untuk bertahan hidup ditengah-tengah daerah yang terseret arus globalisasi. Inilah pinggiran dari Kuta yang sangat famous diseluruh pelosok.

“Kak citra datang… kak citra datang…”, sorak-sorak suara mereka berlari menghampiri aku yang hanya berjalan seorang diri dengan papan kecil yang ku bungkus Koran ditanganku.
“adik-adik…………!!!”, peluk ku satu persatu mereka yang menghampiri.
        Citra, begitulah adik kecilku memanggil.. hari ini aku benar-benar bahagia, tidak ada hal yang lebih membuatku bahagia ketika aku melihat prajurit-prajuritku berteriak bahagia melihatku. Hanya diteduhi oleh bayangan patung I Gusti Ngurah Rai aku dan anak-anak duduk rapi dan memulai pembicaraan yang tak kalah serunya dengan pembicaraan para pejabat mengenai koruptor. Baru dua hari aku tak mengunjugi mereka, sudah banyak sekali cerita yang mereka lantunkan satu persatu. “Aka kemarin liat orang aneh, liat pak polisi aja langsung kaya maling mukanya, masak sembunyiin kepala di balik jaketnya kak….”, disambung langi cerita yang lain “Wayan kemarin jatuh kesandung, untung wayan gak keserempet…”, disambung lagi dengan cerita mereka yang beragam.

 Tak lama setelah mercerita, akupun memulai pelajaran hari ini “Kalian mauu belajar apaaaa ??? “, sambil memejamkan mataku seoralah ingin mendengarkan dengan jelas suara mereka.

“Matematika!!!!, Bahasa Inggiiiss kaka cittaa!!, Matematika… !!, Bahasa Inggiisss… !!”, jawab mereka berebut …

“Okay kita akan belajar tentang …………. “, tiba-tiba aka memotong. “aka pingin sekali belajar menjadi seorang Dokter kak citra… !!”, kata aka sambil berdiri menatap awan diatas. “Aka kenapa pingin jadi Dokter…?”, Tanyaku penasaran padanya… namun tak sempat menjawab yang lain pun kembali ribut. “ Okay kita akan belajar Bahasa Inggriss.. supaya bisa ngomong sama bule bule yaa… :D”, kata ku seru. …

Horeeeeeeeeee……………………!!!!!!!!!!!!!!!

      Akupun mulai membuk papan tulis yang terbungkus Koran bekas. Hari ini cukup banyak pasang sandal yang memenuhi halaman kecil belakang patung.”One bahasa inggrisnya satu. Two itu dua,.. three itu tiga…”, “wan, tu, tri……, wan, tu, triii…… “, akupun membuat lagu yang dapat dengan mudah mereka ingat dan mengerti “one itu satu, two itu dua, three itu tiga… one two three itu satu dua tiga,….. !!”.

        Suara yang bersemangat mereka memenuhi halaman belakang patung. Aku bahagia bisa meluangkan waktu yang tak lama namun dapat bermanfaat untuk mereka.
      Tak terasa satu jam pun berlalu. Akupun menutup papan kecil dengan Koran bekas kembali. Prajurit dalam negeri dongengpun mencium tanganku satu persatu. Mereka kembali mengambil alat-alat pamungkasnya. Dan kembali ke lampu merah untuk berjualan.

”Aka masih disini?”, aka adalah anak kecil berumuran 8 tahun. Aka datang ke Kuta dengan ibunya yang sudah tua. Semenjak setahun yang lalu aka kehilangan ibunya untuk selamanya. Aka adalah anak perempuan yang pintar diantara teman-temannya. Ibunya meninggal di emperan toko saat tengah malam tiba. Saat itu ibu aka mengalami gangguan pada lambungnya. Keadaan yang tidak memungkinkan anak berusia 7 tahun membawa ibunya ke rumah sakit tanpa sepeserpun uang. Dan keadaan pula yang membuat ibunya selama sakit tak mampu bertahan tanpa mengonsumsi apapun. Hanya segelas air keran yang aka ambil dari aliran air di sekitar emperan toko. Tak lama ibu aka tak mampu beraktivitas. Hingga akhirnya ibunya meninggalkannya sendiri di kejamnya pinggiran Kuta.

“aka kangen dengan memek”, kata aka sambil memelukku dengan mata berkaca-kaca. “memek bahagia disana melihat aka yang tegar dan mau berdoa untuk memek disana”, kata ku sambil memeluknya erat.

Berat memang terasa beban yang dijalani oleh aka dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Aku sempat menawarinya untuk kembali ke kampong halamannya. Namun ia menolak. Hal ini yang mungkin membuatnya bercita-cita jauh lebih tinggi dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Aka anak yang lucu, cantik dan manis. Aku hanya berharap suatu saat tuhan dapat berikan kebahagiaan yang luar biasa untuk peri kecilku yang cantik.  “ayo kita makan”, kata ku sambil menghapus air mata yang berjatuhan. “aka juga lapar”, katanya kembali tersenyum. Akupun membagi sebungkus nasi yang ku bawa di dalam tasku.

Terdengar suara pesawat terbang lewat diatas kami. “kapan-kapan aka mau naik itu”, sambil menunjuk kearah pesawat, “iya makanya belajar yang rajin biar bisa naik pesawat terbang” kataku sambil mengelus kepalanya.

Matahari sudah menurun, banyang patung Gusti Ngurah Rai semakin terasa. Akapun kembali membawa lap dan kemoceng yang ia bawa untuk mencari uang. “peri kecilku, tersenyumlah selalu, karma ibumu akan selalu melihatmu disana”. …..

**
Entah apa yang membuatku hari ini tak bersemangat, pakaian putih abu lengkap dengan papan kecil teman setiaku perlahan mulai melangkahkan kaki kearah prajurit kecilku berkumpul.
        Sama seperti biasanya, pakaian sederhana yang sedikit robek dan sepasang sandal dikedua kaki mereka berlari kecil menghampiriku. “ayo kemarkas”, kataku pada mereka. Hari ini tak banyak pasang sandal yang aku temui. Tak seperti biasa memenuhi halaman belakang patung.

“Ayooo semua sudah siap belajar?”, sambil membagikan satu persatu buku tulis milik mereka yang selalu ku simpan ditasku. “siapa mau belajar Matematika????”, Tanya ku lantang.. “saya kak saya… !!!!!” saja mau !!!... jawab mereka berebut.

”baiklah prajurit kecilku, sekarang kita akan mulai belajar berhitung… “
“1+1=2, 2+1=3, 3+1=4………….” Walaupun tak banyak namun suara mereka memenuhi gendang telingaku.

Satu jam begitu cepat, ingin rasanya aku mengulang kembali satu jam yang lalu.. saatnya mereka kembali bekerja. Hari ini aku tak melihat aka. Aku bertanya pada seorang dari temannya tak ada yang tahu ia kemana. Aku mulai hawatir akan keadaannya. “dari kemarin wayan gak liat aka”, “iya nyoman masi”.

Aku menunggunya sambil terlentang. Tak terasa aku tertidur selama beberapa menit. Suara yang tak asing ku dengar membangunkanku dari sebelah. “AKAAAA…………..!” aku terkaget dan langsung memeluknya. Dia begitu cantik, pakaiannya bersih dan rambutnya tertata rapi.. beberapa menit aku terheran melihatnya, kembali tak percaya, namun aku yakin ini aka “kataku dalam hati.

“ini aka kak citra….” Kata aka meyakinkanku. Berubah tak seperti biasa ku lihat, “saya ibu tin… saya ibu angkat aka sekarang. Kemarin saya melihat aka seharian bekerja dari siang hari ketika mobil saya mogok di dekat lampu merah. Saya melihat dia begitu gigih rajin dan tak mengenal lelah. Dia juga begitu empati melihat saya. Saya berbicara banyak dengan aka selama beberapa jam. Akhirnya saya mengajak aka untuk tinggal bersama saya dirumah. Kebetulan saya belum dikaruniai seorang anak. Ternyata aka menerima ajakan saya. Saya sangat menyayanginya”, kata seorang perempuan berwajah lembut disebelah aka.
        Aku yang masih kaget hanya mampu menjawab “terimakasih bu”. Beruntung hari ini aku menunggu aka disini. Mungkin ini akan menjadi pelukan terakhir dari peri kecilku. Peri yang begitu tegar menjalani pahitnya kehidupan. Semoga dia bisa menjadi seorang dokter seperti impiannya, dan tentunya bisa menjadi salah seorang penumpang salah satu maskapai penerbangan seperti yang ia idam-idamkan.  



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS