RSS
Menulis adalah sebuah ungkapan perasaan. Walaupun bibir tak mampu berucap namun tulisan mampu mengungkap. Siap-siaplah menjadi tokoh utama dalam cerita Khayalan Siswa Bejo

.: `KEDIP DALAM KERINDUAN`:.


.:.  .:.  .:.                
             Pernahkah kamu mencintai seseorang tanpa kamu sadar dan tahu bahwa dia tak mencintaimu seperti kamu  mencintainya ? Pernahkah kamu berpikir, ternyata bukan sebuah kebiasaan, kecocokan, kenyamanan, dan kesamaan kamu dengan orang yang kamu cinta menjamin dia mencintai kamu seperti kamu mencintainya ?
Terdiam tanpa kata disebuah rumah pohon miliknya. Seorang gadis yang saat ini duduk di bangku Sekolah menengah atas negeri di kotanya. Malam itu seharusnya menjadi malam bahagia aya bersama tim nya, karena baru sore tadi ia memenangkan perlombaan disalah satu universitas ternama. Tetapi perasaan itu tak seperti apa yang dirasakan teman setimnya dewi..
Esok hari diruangan kepala sekolah….
“selamat ya aya, sudah banyak piala yang kamu sumbangkan kepada sekolah”, kata kepala sekolah aya saat menyerahkan piala miliknya itu.
“iya pak, ini hanya kebetulan. Dan semua juga berkat dukungan dan doa dari banyak pihak”, kata aya sambil menjabat tangan sosok tersohor disekolah itu. "tapi, ingat pesan bapak… jangan pernah puas dulu dengan apa yang kamu raih kemarin dan hari ini. . . kamu harus tetap berkarya ya aya”. katanya sambil menepuk-nepuk punggung aya.
Aya keluar dari ruangan kepala sekolah dengan senyum yang puas. Melangkah menuju kelas tercintanya. “weeesss, ini dia juara kita”. Kata bayu teman sebangku aya. “hanya kebetulan..”. sahut aya sambil cengengesan.
Aya adalah murid berprestasi disekolahnya. Ia tak pernah absen menyumbangkan piala kesekolah setiap bulannya. Tetapi aya tak pernah sombong dengan apa yang sudah ia raih selama ini. Selain itu, siapa sangka gadis manis ini merupakan juara dikelasnya. Ramah dan sikap supelnya membuat banyak orang yang segan dengan gadis berambut panjang ini. Tetapi siapa sangka bukan hal itu yang membuatnya merasa bangga dan bahagia. Aya bukanlah gadis yang berkehidupan glamor. walaupun ia dari keluarga mapan. Namun bukan itu pula yang membuatnya merasa senang.
Seperti biasa sepulang sekolah aya tak pernah absen untuk mengunjungi tempat favoritenya. Sore itu aya duduk dengan menggenggam surat dari sekolah untuk orang tuanya, menghadiri rapat untuk penerimaan beasiswa aya yang kedua kalinya selama dua tahun ia bersekolah disana. “untuk apa?”. Terdengan suara aya samar-samar. Ia genggam obat miliknya dan berniat membuangnya. “tuhan, aya bahagia tuhan telah membuat aya bersyukur dengan apa yang telah tuhan berikan kepada aya, tapi…”, terdiam dan air mata aya membasahi pipinya. Tiba-tiba dari berlakang terdengar suara motor. Aya bergegas memasukkan barang-barang yang ia bawa kedalam tas hitam biru miliknya. Tangan lembutnya menghapus air mata yang membasahi pipinya. ia pandang seorang pria diatas motor hitam itu, sesekali merundukkan wajah. Ia gayung sepeda kesayangannya sekencangnya menuju rumah aya yang tak jauh dari tempat favorite nya.  
“siang bunda”, sapa aya dengan bunda yang sedang menyiapkan makanan didapur rumahnya. “ia sayang, kok baru pulang? Mandi dulu sana, habis itu makan ya”. Sahut bunda sambil mencium kening aya. “ia nda hehehe, sip aya mandi dulu ya”. Menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Tok…tok…tok….
Tok…. Tok…. Tok….
“ia sebentar”. Suara bunda terdengar jelas.
Jeeeegggllleeeegg……
“selamat siang tante, benar ini rumah Raya Cantih?”, suara seorang pria membawa buku biru ditangannya. “iya benar, adik siapa ya ?”, sahut bunda heran. “saya ockta teman aya”. mencium tangan bunda. “oh, ia nak silakan masuk. Sebentar ya tante panggilkan aya dulu. Silakan duduk”. Sahut bunda.
Tok…tok…tok
“aya, ada temennya aya tu nunggu dibawah”, mengetok pintu aya
“siapa nda? Ia sebentar lagi aya turun nda”. Sahut aya.
Aya bergegas menuju ruang tamu dengan rasa penasaran. “maaf, siapa ya?”, kata aya kepada tamunya. “ini buku kamu kan? Aku ockta, kamu menjatuhkannya di tempat kamu menangis tadi, dan aku membaca alamat rumah mu dari buku ini”. Kata ockta sambil memberikan buku biru milik aya.
“ia, ini punya ku. Terimakasih banyak ya”. Kata aya. “ia sama-sama”, perlahan meninggalkan ruang tamu. “eeeeeiiit !! kamu tidak membaca isi buku ini kan ?”. panggil aya mengagetkan.
“itu bukan urusan ku”. Jawab ockta dengan mata gelagapan. “aku pulang”. Menghidupkan motor hitam miliknya.
Setelah kepulangan ockta dari rumahnya, aya merasa heran. “hah, benarkah dia tidak membaca isi buku diary ku ini”. Kata aya dalam hati.
-malam hari-
 setelah makan malam aya belajar diatas rumah pohon didepan rumahnya. Terdengar suara bunda dari bawah anak tangga memanggil aya. “ayo nak turun sudah malam, minum obat lalu lekaslah istirahat”. Teriak bunda dari bawah pohon. “iya, nda”. Sahut aya sambil merapikan buku-bukunya dan bergegas turun dari rumah pohon miliknya.
“aya bosan minum obat”. Katanya dalam hati sambil menghela nafas panjang dan menelan obat di tangan bunda.
“sekarang istirahat ya”, mengelus-elus rambut aya dan mematikan lampu kamar aya.
Terdengar suara handphone aya dari laci mejanya. Satu SMS dari nomor yang tidak dikenal.
From : 081999777543
10:00 PM
“aya, selamat tidur. Jangan sampai kamu telat atau merasa bosan untuk minum obat ya, karena tuhan akan membenci umatnya yang tidak mau merawat pemberiannya. Semoga mimpi indah ya aya”.
Aya merasa heran dan kebingungan dengan SMS yang baru saja dia terima. “siapa ini?”. Kata aya dalam hati.

Send to : 081999777543
10:07 PM
“trimakasi ya teman, sudah ingetin aya. tapi ini siapa ? maaf aya gak simpen nomornya”.
Balas aya kepada pengirim misterius itu.
Sampai larut tiba, tak satupun msg yg masuk ke handphone aya, hingga akhirnya aya tertidur pulas di atas meja belajarnya.
-Esok Hari-
            Muka pucat tergambar diwajah aya. kedua mata aya tampak bengkak. “aya, kamu sakit syang”, kata bunda sambil memegang jidat aya. “gak kok bunda, Cuma aya ngerasa sedikit pusing dan gak enak badan”. Kata aya dengan muka pucatnya menuju ruang makan.
“mending aya jangan sekolah dulu ya nak, bunda takut kamu kenapa napa”. Kata bunda dengan raut wajah cemas. “gak mau!”. Bantah aya.
Aya mengambil sepotong roti dan bergegas berangkat kesekolah dengan sepeda gayung kesayangannya. Setibanya disekolah handphone aya bergetar pertanda ada satu SMS yang masuk.

FROM : 081999777543
07.05 AM
“Selamat pagi aya, semoga hari ini menyenangkan. J “
Aya kaget, secepat kilat aya membalas SMS dari orang misterius itu.
Send to : 081999777543
07:08
“ha, ia trimakasih. Ini siapa ?”
Balas aya dengan perasaan penasaran.

Aya melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya. Dengan sepatu hitam polos dan tas ransel hitam biru, dia memasuki ruangan kelas dengan senyum cerah walaupu hari itu ia tak enak badan. “selamat pagi aya”. sapa teman-teman aya dikelas. “ia semalat pagi semua”. Dengan senyum yang semangat namun agak lesu. Ditengah percakapan aya dengan teman-temannya tiba-tiba ada SMS dari orang misterius itu.
FROM : 081999777543
07:15
“maaf aya aku baru membalasnya, aku ockta. Maaf aku mengambil nomor telp mu di buku diary mu. Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh, dan aku berharap kamu tidak marah ya aya”.
Aya hanya tersenyum membaca SMS dari orang misterius itu. Dia tersenyum seakan puas karena rasa penasarannya selama ini telah hilang, bahkan ternyata orang misterius itu adalah ockta orang yang ia temui ditempat favorite aya.
Akhirnya komunikasi mereka semakin lancar. Ockta dan aya saling mengenal lebih jauh. Mereka merasa banyak hal yang membuat mereka merasa heran. Banyak hal yang membuat mereka merasa kecocokan dalam diri mereka. Banyak hal yang sama mereka rasakan dalam hidup mereka. .
Sore sepulang sekolah seperti biasa aya pergi ketempat favoritenya. Ia duduk dengan perasaan tenang hari ini. Entah apa yang membuat aya hari ini bersemangat kembali dan menghilangkan rasa sakitnya sesaat.
“hai, kamu aya kan ? kesini juga ya ? hahahhaa”. Terdengar suara yang tidak asing ditelinga aya. aya menoleh dengan wajah tersenyum. “hei, kamu ? ockta bukan ?”. kata aya kaget sambil menunjuk kearah ockta.
“ia ini aku ockta, :D hahaha tidak sangka aku bertemu dengan mu disini. Aku piker setelah kamu pulang sekolah langsung pulang gitu aja. Ahahhaa”. Kata ockta sambil duduk disebelah aya yang sedang mendengarkan lagu kesukaannya. “ia aku memang sering kesini. Setiap pulang sekolah, aku merasa lebih tenang disini”. Sahut aya sambil melepas handsetnya.
Pembicaraan mereka berlangsung begitu mengasikkan. Hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 05:00 PM. “WOW!!!” suara aya mengagetkan ockta. “kenapa  ya ?”. Tanya ockta kaget.
“ternyata sudah jam 5 sore…..”. sambil melihatkan jam ditangan aya. “hahahhaa, ia tidak terasa ya. Waaahh, senang bisa cerita-cerita hari ini sama aya. trimakasi ya aya” kata ockta kepada aya. “iaa ayaa juga senang, ayo kita pulang”. Ajak aya.
Aya mengambil sepeda kesayangan nya. Dan ockta mengambil motor miliknya. Mata mereka beradu pandang dan tersenyum dengan perasaan gembira dan pulang kearah masing-masing.
Saat malam tiba, aya seperti biasa belajar dirumah pohon miliknya. Malam itu aya merasa kepalanya kian merasa sangat berat. “mimisan…..”. Aya memegang hidungnya yang keluar darah. Dalam hitungan detik ayapun pingsan diatas rumah pohon. Bunda memanggil-manggil aya dari bawah pohon. Tetapi tak sedikit pun terdengar suara aya. bunda melihat tangan aya yang tergeletak tampak terlihat dari bawah pohon. Bunda panic dan memanggil ayah yang baru saja pulang dari kantor.  “ayah, aya pingsan tampaknya diatas rumaha pohon”. Ayah yang sedang menonton televis seketika melempar remot ditangannya dan berlari menuju rumah pohon didepan rumah. Ayah menaiki satu persatu anak tangga rumah pohon itu. Dilihatnya aya tergeletak dengan hidung dipenuhi darah. Ayah meminta bunda untuk menjaga dibawah. Perlahan ayah menuruni anak tangga dengan menggendong aya. untung saja ayah berhasil membawa aya turun kebawah dengan kondisi tak sadar seperti itu. Bunda bergegas mengambil kunci mobil dan menuju rumah sakit tempat aya chek up setiap bulannya.
Bunda dan ayah menunggu diruang tunggu dengan cemas. Ibu tak henti-hentinya meneteskan air mata dan berdoa dalam hati kecilnya agar buah harinya baik-baik saja.
Selang beberapa menit ayah dan bunda menunggu diruang tunggu. Seorang lelaki paruh baya dengan baju putih dan selop tangan keluar dari ruang ICU. “bagaimana dengan keadaan aya dok”, Tanya ayah dengan kata terbata-bata. Dokter menggelengkan kepalanya tanda tak sanggup mengungkapkan apa yang terjadi. “ibu dan bapak ikut keruangan saya”. Kata dokter itu sambil melepas sarung tangannya. Bunda dan ayah ditemani dengan dokter yang memeriksa aya berjalan menuju kesalah satu ruangan tak jauh dari ruang ICU. “silakan duduk bu,pak”. Kata dokter. Bunda dan ayah terkejut mendengar pernyataan dokter yang begitu mengagetkan. Bunda tak henti-hentinya menangis dan ayah memeluk bunda dengan erat, seakan tak sanggup mendengar lagi penjelasan dari dokter. Ayah dan bunda meninggalkan ruangan dokter dengan perasaan sedih, menuju ruang ICU. Setibanya ayah dan bunda diruang ICU selang beberapa menit aya terbangun dengan mata yang samar-samar melihat. Jari-jari aya bergerak dengan lemas tak bertenaga. Dia ucap kata “bunda, …. Ayah…”terbata-bata.
Ayah dan bunda segera menuju tempat tidur aya. bunda memegang tangan aya, ayah mengelus-elus rambut aya. dengan wajah pucat aya melihat tetesan air mata dari kedua orang tuanya. Aya hanya mampu berkata “aya baik-baik saja ayah, bunda”. Dikeluarkannya suara dari bibir yang tampak kering. Seakan tak mampu melanjutkan kata-kata lagi. Bunda dan ayah tak dapat menahan rasa harunya, melihat buah hatinya tergeletak tak bergairah diranjang rumah sakit. . . malam itu adalah malam yang berat bagi keluarga aya.
Kesokan harinya, aya dipindahkan keruang kamar dirumah sakit suasta itu. . saat itu ayah tak bisa menemani aya, karena ayah harus bekerja untuk mendapat biaya perawatan aya selama dirumah sakit. Aya ditemani bunda menghabiskan waktunya dirumah sakit dengan perasaan yang mulai membaik. Pagi itu aya masih tertidur lelap, seorang suster memasuki ruang kamar aya membawa makanan dan hendak memeriksa keadaan aya. aya terbangun saat suster memegang tangan aya. aya terlihat masih sangat lemah.. setelah suster memeriksa keadaan aya, dengan senyum manisnya suster meninggalkan kamar aya. “aya makan dulu yuk saying”. Kata bunda sambil mengelus-elus rambut aya. “ia bunda, tapi sedikit aja ya”. Kata aya sambil tersenyum lemas. Sambil menyuapi aya, bunda teringat akan kata-kata dokter tadi malam. Bunda berkali-kali menghela nafas panjang dan menahan air matanya.
Dari dua tahun kemarin aya difonis mengidap penyakit kanker otak. Bunda dan ayah  berusaha mencari alternatef untuk kesembuhan anaknya. Bunda tak pernah lelah mengingatkan aya untuk selalu minum obat dari dokter dan beberapa obat herbal. Tetapi karena, aya sangat bandel dan tidak mau diberi tahu. Akhirnya aya kembali harus masuk rumah sakit dengan keadaan yang sudah para. Aya tak pernah mau dioprasi. Karena bagi aya oprasi adalah jalan tercepatnya menuju ajal. Bunda dan ayah tidak dapat membantah kemauan aya.
“bunda… “. Panggil aya. “hah? Ia saying”. Tersadar dari lamunannya. “aya ingin pulang bunda”. Kata aya dengan wajah memelas. “ia saying besok kita pulang ya”.
Siang itu teman-teman aya mengunjungi aya dan membawakan sedikit buah untuknya. Sesaat aya bisa menahan rasa saktinya saat bersama teman-temannya. Setelah teman-teman aya pulang. Selang beberapa menit aya kembali merasakan sakit seperti tadi malam. Hidung aya kembali berdarah. Bunda yang sedang tertidur lelah disofa tidak ingin dibangunkannya. Aya berusaha mengambil tisu dimeja dekat dengan gelas dan buah yang baru saja dibawakan teman-temanya untuk mengusap darah dihidungnya. Tangannya tak sampai pada tisu itu. Ia malah menjatuhkan gelas berisikan air dimeja kecil dekat tempat tidurnya. Bunda yang tertidur lelah terkejut dan bangun dengan kaget. Aya menjatuhkan kepalanya deranjang dan seketika tak sadarkan diri.
Sore itu adalah sore yang biasanya aya luangkan waktunya untuk berkunjung ketempat favoritenya.
Seperti biasa ockta mengunjungi tempat itu menunggu kehadiran seseorang. Sampai sore pukul 05.00 PM tiba seseorang yang dinantinya tak kunjung tiba. Dengan rasa penasaran dan gelisah ockta pun melewati rumah aya yang tidak jauh dari tempat itu. Beberapa menit menggunakan sepeda motor ocktapun sampai dirumah aya. tak satupun orang yang dia lihat dirumah aya. sepeda kesayangan aya terlihat diparkir rapi digarase rumahnya.ockta memandang kearah rumah pohon. Ia lihat percikan darah yang mongering anak tangga rumah pohon itu. Hati ockta merasa semakin khawatir. Hati ockta semakin tak menentu.
Ockta tau aya pasti masuk rumah sakit lagi. tetapi tak satupun rumah sakit yang akan ia kunjung. Ockta mengetahui keberadaan aya dari salah seorang tetangganya yang merupakan teman sekolah aya. ockta telah memiliki firasat sejak malam tiba. Karena SMS dan telephone ockta tak satupun yang mendapat jawaban. Ockta tau aya terserang penyakit parah dan dari sanalah ockta tak ingin meninggalkan aya dan berjanji pada dirinya untuk selalu menjaga aya. ockta mengetahui hal itu dari buku diary aya yang ia tinggalkan ditempat faovoritenya itu, dan awal pertemuan mereka.
Dengan perasaan yang tak menentu ocktapun segera menuju rumah sakit yang diberitahu oleh teman aya. ia gas motornya sekencang mungkin. Secepat kilat ia sampai didepan rumah sakit yang dimaksudkan. ..
Ocktapun menaiki satu persatu anak tangga dengan rasa panic dan menuju tempat informasi. Ia menanyakan pada petugas nomor kamar aya. tak lama mencari ocktapun sampai didepan kamar aya. didengarnya suara ibu aya menangis tersendu tak mampu menahan rasa hawatirnya sambil memegang telephone ditangannya untuk menghubungi ayah aya. ockta memberanikan diri memasuki kamar aya. mata ockta mulai berkaca-kaca, melihat aya berbaring ditempat tidur dengan berlumuran darah dari hidungnya tak henti-hentinya. Dokter yang sibuk memeriksa keadaan aya dan mencoba menghentikan darah yang keluar dari hidung aya. dokter meminta bunda dan ockta pergi dari ruangan itu. Ockta sambil memegang kedua pundak bunda dan memandangi aya pun melangkah perlahan keluar dari ruangan itu.
Ockta mencoba menghentikan tangisan bunda. Taklama kemudian ayah berlari dari lorong rumah sakit menuju bunda yang sedang duduk bersandar dengan ockta. Ayah pun melihat dari kaca tembus pandang kecil di pintu kamar aya. aya terlihat masih dalam keadaan yang kritis. Ayah seketika melemas dan duduk disebelah bunda sambil memeluk bunda dan menghapus air matanya. Ockta berlari tanpa pamit menuju supermarket dihalaman rumah sakit hendak membelikan bunda dan ayah minuman untuk menenangkan hati mereka, Karena dalam pikirannya hanya itu yang dapat ockta lakukan saat ini.
Ockta kembali dengan membawa dua bolot air mineral dan tisu dikantong seragam sekolahnya. Sesampainya disana ockta memberikan minuman itu kepada ayah dan bunda. Ia usap air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari mata bunda. Setelah meneguk air, bundapun merasa sedikit tenang. Dilihatnya dokter keluar dari ruangan aya. doketer kembali menggelengkan kepalanya. “aya koma”. Kata dokter yang tak sanggup menahan kata-kata ini diucapkan. . . . .
Setiap hari sepulang sekolah selama satu minggu berturut-turut ockta selalu mengunjungi aya. hingga suatu malam ockta merasa tak ingin pulang dan hendak menginap dan menemani aya malam itu. “bunda Nampak lelah”. .. kata ockta, “tidak, bunda baik-baik saja”. Kata bunda sambil memandangi aya yang tak sadarkan diri selama seminggu. “bunda pulang saja, biar aku disini menjaga aya sampai besok pagi”. Kata ockta pada bunda. Awalnya bunda menolak, tetapi akhirnya ayah dan bunda pun pulang kerumah untuk istirahat. Semalaman ockta berdoa untuk kesembuhan aya. hingga larut malam akhirnya ockta tertidur disebelah aya…
Selang beberapa saat ockta tertidur, ia rasakan tangan aya mengelus-eluskan kepala ockta. Ockta terbangun. Ia pandangi aya yang baru saja siuman dari komanya. Ia panggil dokter jaga malam dan ia telephone ayah dan bunda kerumah untuk mengabari berita bahagia ini. Dengan muka senang ockta mencium-cium tangan aya dan bersyukur pada tuhan karena doanya didengar oleh Nya. Ockta memberikan minum pada aya. . . aya hanya berkata “kenapa kamu bisa disini ?” kata aya tak menyangka hal itu terjadi. “akan menjaga mu… maka dari itu aku ada disini untuk menjagamu”, kata ockta tak melepas tangan aya. aya hanya tersenyum lemas. .. “aya lapar…. Bunda dan ayah dimana?”. ,mendengar aya berkata itu, ockta langsung mengmbil kunci motornya dan berkata “aya tunggu sebentar ya, ockta beliin makan didepan”. Sebelum pergi ockta mencium kening aya dan bergegas menutup pintu kamar, melangkahkan kakinya cepat titengah malam dilorong rumah sakit.
Tak lama kemudia ockta kembali dengan membawa sebungkus bubur ayam untuk aya. sesampainya dikamar aya, ockta melihat aya terpejam lagi. Ockta panic kembali, segera ockta memanggil dokter jaga untuk segera memeriksa keadaan aya. ockta meneteskan air mata sambil menunggu dokter jaga menuju kamar aya. setibnya dokter dikamar aya, iapun memegang tangan aya… dan ayapun bangun kembali. “hah??????????????????????????????”. ockta mengakhiri tangisannya… dan terkaget-kaget melihat aya yang sadarkan diri, “kamu kenapa?”. Kata aya sambil memandangi ockta. Dokterpun hanya tertawa cekikikan dan menepuk pundak ockta lalu meninggalkan kamar ockta. “kamu lama ya, aya laper banget, sampe-sampe ketiduran nungguinnya…”. Kata aya polos sambil mengambil makanan ditangan ockta. ocktapun memeluk aya dengan sekencangnya sambil mencubit-cubit pipi aya, pertanda ia tak ingin kehilangan aya. “aku pikir kamu pingsan lagi…”. Menjitak jidat aya yang telah membuat ockta khawatir..
“hehehe…… ketipu ay :P”sambil memeletkan lidahnya.
Semalaman ockta tertawa terbahak karena lelucon dari aya, walaupun dalam keadaan seperti itu. aya masih saja bisa bercanda… dan melupakan rasa sakitnya. Tak terasa merekapun tertidur lelap dengan perasaan yang tak dapat diungkapkan hingga sang surya kembali menyinari bumi.
-esok  hari-
Ockta terbangun oleh suara bunda yang senang mendengar kabar aya yang sudah siuma. Hari ini aya ditemani oleh ockta seharian di rumah sakit. Hingga sore harinya dokter membolehkan aya untuk kembali pulang dengan catatan untuk selalu chek up rutin setiap satu minggu sekali. Aya tertawa kegirangan mendengar kata-kata dokter. Ockta membantu aya untuk berkemas dan kembali ke rumah.” Ýey, bunda aya senang”. Kata aya yang tak sabar ingin menginjakkan kaki kembali kerumahnya. Bunda tersenyum dan mengangkat barang-barang aya menuju mobil. “ockta, terimakasi ya berkat kamu aya bisa sehat kembali”. Kata aya yang duduk dikursi roda menuju lobi. “sttt,,, jangan bilang begitu. Berterimakasilah pada tuhan”. Kata ockta sambil mendorong kursi roda aya. aya hanya mampu terdiam dengan senyuman puas… :D
Sesampainya aya diruamah, aya merasa hari-harinya semakin berwarna dan ada suatu hal yang berbeda dalam dirinya saat ini. “apa yang aku rasakan ini ?, mengapa setiap saat terngiang suaranya?, mengapa aku selalu menghayali wajahnya ?... apa ini….”. aya mengakhiri kata hatinya dan mencoba melupakan perasaan bodohnya itu.  
Setelah beberapa hari berbaring dirumah sakit, akhirnya dipagi yang cerah itu aya kembali menggunakan seragam putih abunya lengkap dengan tas hitam corak biru kesayangannya… ia gosokkan lap sepedanya, sudah lama aya tidak bertemu dengan sepeda kesayangannya. “hah, hari ini kita berangkat kesekolah lagi…”, ucap aya dengan benda mati yang dianggapnya hidup itu.
Tin… tinn…. “aya…..”. terdengar suara seorang laki-laki dari balik pagar. Aya menaruh lap sepedanya dan bergegas menghampiri arah suara itu berasal. “ockta?”, aya terkaget memandangi ockta yang duduk diatas motor miliknya pagi itu. “ayo naik”, sambil menunjuk kearah belakang motor ockta dengan senyum manisnya. “tapi aku….”, menunjuk kearah sepeda aya. “sudah naiklah,, ayooo  cepat !!”. tanpa berpikir panjang ayapun naik dengan wajah yang tak henti-hentinya tersenyum sepanjang jalan menuju sekolahnya. Ockta menggenggam tangan aya dengan isyarat aya memeluk ockta dari belakang. Tangannya berpegangan tak lepas hingga tiba digerbang sekolah aya.. “terimakasi yaa, a…a…amm, aku masuk duluan”. Ucap aya dengan nada terbata-bata. .. ockta membalas dengan senyumannya, dan melambaikan tangan meninggalkan gerbang sekolah aya.
Aya berjalan selangkah demi selangkah menuju kelasnya, dengan wajah yang ceria dan semangat ia sapa semua temannya yang sudah berada didalam kelas “selamat pagi semuanya…”, semua mata terpanah pada kehadiran aya, dalam hitungan detik teman-teman aya mengerumuni bangku aya dan menanyakan kondisi aya.
“Dear diary
Pagi ini adalah pagi terindah dalam hidup aya.. banyak hal yang aya rasa berbeda.. apa mungkin karena kehadiran sosok “ockta” ?
Aya tau, dia tidak mungkin merasakan hal yang sama seperti apa yang aya rasakan saat ini. Tetapi hanya saja aya ingin setiap saat melihat dia tersenyum kepada aya. aya ingin dia selalu disamping aya. walaupun hal itu bukan lah hal yang akan terjadi… J
Terimakasih tuhan untuk pagi yang indah penuh semangat ini …. J “
Sejenak ia goreskan tinta diatas buku diarynya, menuliskan kejadian pagi ini.. sekan tak ingin melupakannya.
Bel sekolah berbunyi, tanda pulang tiba…
“aku duluan ya aya”, kata teman sebangku aya. “ ia hati-hati ya”. Sahut aya sambil membereskan buku-buku diatas mejanya. Sesaat aya terdiam, “nah, lo… aku pake apa ni sekarang pulang… tadi pagi kan dijemput… aduh bagaimana sekarang”. Ucapnya panic..
Ayapun melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelasnya menuju pintu gerbang sambil memikirkan cara untuk pulang. “telepon bunda?”, ia menggeleng “naik ojek”, ia menggelengkan kepalanya “naik taksi”. Kembali menggelengkan kepalanya sambil menggigit-gigit jarinya.ia angkat kepalanya perlahan, aya kembali terkaget memandang sosok ockta duduk diatas motor menantinya, aya segera berlari kecil dengan senyuman menyambut kedatangan ockta. “ayo naik”, kata ockta pada aya. aya hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman terindahnya. “mau ke tempat biasa ?”, Tanya ockta pada aya. “hah ? beneran? Ia mau mau mau, mau banget…”. Sahut aya dengan semangat. Ockta tertawa kecil sambil mulai menggenggam tangan aya. jantung aya berdetak lebih kencang, begitu pulan dengan ockta.
Setelah beberapa menit mengendarai sepeda motor menuju tempat indah itu, akhirnya merekapun tiba disana. Dipandang aya kelopak bunga mawar merah membentuk sebuah jantung berisikan tulisan
 “I <3 LOVE U AYA”, aya tak sanggup menahan perasaan bahagianya.. ia menutup mata sejenak dan menghembuskan nafasnya perlahan “apa ini ?”, Tanya aya pada ockta… “ockta sayang sama aya, ockta ingin aya jadi orang yang bisa mendampingi ockta nantinya. ockta ingin selalu bersama aya, nemenin aya, jagain aya setiap saat.. apa aya mau jadi pacar ockta ?”. ucap ockta dengan sungguh sambil memegang tangan aya erat. Tetapi tak satupun kata yang dapat keluar dari bibir aya. aya hanya tersenyum, memejamkan mata. Dalam hitungan detik ayapun memeluk ockta dengan erat. . .”aya juga”, jawab aya dengan perasaan bahagianya.
Hari itu adalah hari yang mulai mengubah kehidupan aya. aya yang melalui hari-harinya penuh dengan dilemma akan penyakitnya itu, kini ia berusaha untuk tetap bertahan hidup dan selalu berpikir penyakit ini tidak akan memupuskan cita-cita dan harapan hidupnya. Hari-harinya berlalu dengan indah, bagaikan remaja yang sedang dimabuk asmara.
Setahun telah berlalu, aya bersama ockta masih sama seperti pertama mereka menyatakan perasaannya. Suatu ketika ockta tidak biasanya bersikap dingin kepada aya. “ockta kenapa ?”. Tanya aya pada ockta yang duduk termenung disebelah aya. “aa… ? tidak”. Katanya tanpa memandang wajah lawan bicaranya. Aya merasa ada sesuatu yang aneh dan tidak biasanya. Kembali aya bertanya kepada ockta dengan pertanyaan yang sama, sambil menggenggam tangan ockta. tiba-tiba ockta menjawab dengan suara keras dan menatap mata aya. “TIDAK !! AKU TIDAK KENAPA! JANGAN TANYA HAL ITU LAGI!!”. Aya terkaget mengdengar suara ockta yang begitu keras disebelahnya. “OKTA !”. aya pun meninggalkan ockta dengan mata berkaca-kaca, yang tak mampu menahan perasaan kesalnya. Tetapi tak sedikitpun ockta memandangi aya.
Sesampainya aya dirumah didepan pintu rumahnya dilihatnya kotak putih berkhiaskan pita emas. Bergegas aya mengambil kotak itu dan membawanya kekamar. Perlahan aya buka kotak itu dengan rasa penasaran. Dilihatnya sebuah bunga dan rumput kering yang indah telah ditata. Diambilnya surat yang beramplopkan putih dengan corak biru. Dibukanya perlahan isi amplop itu.


“To : Aya
“Okta, ini aku okta. Aku mencintaimu tak seperti apa yang kau pikirkan. Aku menyayangimu tak seperti apa yang kau pikirkan pula. Aku disini hadir secara tiba-tiba. Memandangi raut wajah yang tak tau harus kemana melangkah. Hariku indah temanimu selama ini”. (aya tersenyum membaca surat dari ockta).
“Hariku serasa berarti dan tanggung jawab ku untuk membutmu bahagia dan tersenyum kembali setelah bertahun-tahun telah kulakukan dengan baik.”. seketika aya berhenti membacanya dan mulai memikirkan maksud dari kata-kata ini.
“aku takut jika ku lanjutkan hari ku dengan mu, kau akan merasakan hal yang menyakitkan…”. Tangan aya seketika gemetaran dan duduk ditempat tidurnya, kembali melanjutkan membaca surat ditangannya.
“maafkan aku aya, aku telah membuatmu selama ini meyakini aku mencintaimu, meyakini aku menyayangimu, tetapi semua itu hanya omong kosongku saja. Aku mencintai mu tidak lebih dari seorang yang membutuhkan ku, aku menyayangi mu tidak lebih dari seorang yang harus aku buat tersenyum”. Air mata aya mulai menetes membasahi pipinya, menyesakkan dadanya.
“aku adalah ockta yang tidak pernah mencintaimu sama sekali, tidak pernah menyayangimu lebih dari yang aku katakana, aku menjagamu karena aku ingin kamu bahagia dan tersenyum kembali. Membuat hidupmu lebih berarti dan memandang hidup tidaklah hanya untuk disesali. Setelah kamu sembuh dari penyakitmu, aku telah berjanji untuk jujur dengan apa yang aku rasakan selama ini. Dan aku pikir inilah waktu yang tepat”.
Ockta.

Tangisan aya semakin terdengar keras, ia baringkan badannya ditempat tidur, menggenggam kertas itu didada yang semakin detik terasa menyesak dan sakit. Seketika kepala aya kembali merasakan sakit yang telah lama tak terasa. Ia kembali mengeluarkan darah dari hidungnya untuk kesekiankalinya. Dalam hitungan menit aya tidak sadarkan diri.
Tak seorangpun yang mengetahui hal itu. malam datang, bunda mengajak aya untuk makan malam. bunda berkali-kali mengetukkan pintu kamar aya, tetapi tak ada sahutan dari aya. bunda perlahan membuka pintu kamar aya dan melihat aya berbaring. Bunda berpikir aya sedang tertidur lelap. Tetapi setelah bunda balikkan badan aya, bunda melihat darah dihidung aya yang mulai mongering. Bunda teriak histeris. Tak lama kemudian ayah datang dari arah belakang bunda dan memandang aya yang terlentang dengan darah dihidungnya yang telah mongering. Ayah telepon dokter yang biasa menangani aya. sambil menunggu dokter datang bunda sambil menangis membersihkan darah kering dihidung aya sampai keleher aya dengan handuk putih yang dibasahi air hangat.
Dokterpun datang membawa tas hitam berisi alat-alat untuk memeriksa keadaan aya. “aya merasa tertekan dan kaget, karena ia tak bisa menahannya, ia merasa sakit kepala yang ia rasakan seperti biasanya tetapi tidak begitu sakit seperti dulu. Badannya merasa lemas dan iapun tak sadarkan diri. Tolong jaga emosinya dia dan jangan sampai ia merasa stress berlebihan. Sebentar lagi ia akan sadarkan diri”. Kata dokter setelah memeriksa keadaan aya.
Bunda dan ayah merasa sedikit tenang. Ayahpun mengantarkan dokter keluar. . .
Tak lama kemudian aya sadarkan diri, ia menyebut-nyebut nama ockta berulang-ulang kali.
            Kini hari-hari aya kembali seperti dulu, setiap saat aya selalu mengingat akan perih yang ia rasa didalam hatinya. Aya selalu berusaha mencari kemana ockta pergi. Aya setiap saat mencoba untuk menghubungi handphone ockta, tetapi tak pernah sedetikpun nomor yang ia hubungi aktif. Aya mencari kerumah, sekolah, tempat biasa mereka bersama… selama 3 bulan aya tak pernah berhenti untuk berharap bertemu kembali dengan ockta. hingga suatu  malam aya bermimpi bertemu dengan ockta dengan pakaian serba putih.. dalam mimpi aya, ockta hanya mengatakan “Aku Ingin Kamu Tahu Yang Sesungguhnya”. Tetapi mimpi itu berakhir karena petir yang begitu keras diluar rumah aya saat itu. aya terbangun dari tidurnya, air mata membasahi pipinya, ia ambil photo aya dengan ockta didalam laci kamar dekat tempat tidurnya. Ia pandangi dan terus memeluk photo satu-satunya kenangan mereka hingga fajar datang.
Hari itu, seperti biasa sepulang sekolah aya pergi ketempat favoritenya.. banyak hal yang membuat ia tak bisa membenci ockta walaupun kata ockta dalam suratnya ia tak pernah mencintai aya, tetapi hanya sekedar belas kasihan. Aya tertidur memandangi langit biru di tempat favoritenya sambil memandangi burung-burung berterbangan diatas langit… sejenak ia terduduk diam dan dilihatnya sebuah kertas cream setengah terbakar terbang kearahnya. Entah inilah pertanda tuhan. Aya mengambil kertas itu. ada sebuah tulisan yang tak asing ia pandang. 

“Aku harus pergi dalam kehidupanmu, aku ingin kamu tidak menangisiku jika nanti aku benar-benar pergi meninggalkanmu selamanya. Aku ingin kamu terbiasa tanpaku. Walau disini aku tak terbiasa tanpa kamu.
Seandainya kau bisa merelakan ku didalam hidupmu, seandainya kau bisa melupakan ku didalam hidupmu… hingga akhirnya aku akan pergi untuk selamanya..
I love u more than u feel,
I love u more than u know,
I love u more than u think,
And I love u more than u love me “AYA”
Kamu adalah cahaya dalam kegelapan hatiku,
kamu adalah peri kecil yang akan menuntunku menuju jalan cinta,
kamu adalah bulan yang hanya ada satu didunia dan di dalam hatiku …
Untuk saat ini, esok, dan selamanya …”.
.Oct.

Aya terkaget membaca kertas tipis yang tergresi tinta akan kata-kata sederhana itu. ia pun menyadari, apa yang ockta katakana dalam suratnya tidak lah benar.. iapun berusaha mencari tahu kembali keberadaan ockta.
Hingga suatu ketika ia bertemu dengan kedua orang tua ockta disekolah tempat ockta menuntut ilmu. “semoga ockta lekas sembuh ya bu,pak. Kami disini semua akan selalu mendoakan ockta. dan menunggu kehadiran ockta kembali di sekolah ini”. Kata salah satu guru yang mengantar orang tua ockta menuju gerbang sekolah.
aya memberanikan diri melangkah menuju kehadapan kedua orang tua ockta. “permisi, om .. tante.. saya temannya ockta, bolehkah saya tau dimana keberadaan ockta saat ini ?”. kata aya sambil menggenggam kertas yang beberapa hari yang lalu ia temui di tempat favoritenya itu.
orang tua ockta berulang-ulang kali menghelakan nafas panjang untuk memulai pembicaraannya. “sekarang, ockta sedang dalam keadaan kritis. Sekarang ia sedang berbaring di rumah sakit sudah sekitar 3 bulan yang lalu”. Kata ibu ockta sambil menghapus air matanya.
Ayapun tak mampu menahan air mata yang membendung, ia ingin menemui ockta saat itu juga. Akhirnya ia ikut dengan orang tua ockta menuju rumah sakit… itu adalah rumah sakit dan kamar yang sama saat aya dirawat dirumah sakit beberapa bulan yang lalu. Air mata aya tak henti-hentinya menetes memandangi orang yang ia cintai berbaring dirumah sakit tak berdaya selama 3 bulan, sedangkan ia tidak mengetahui hal itu. ockta ternyata telah mengidap penyakit leukemia stadium akhir.
Setiap hari aya mengunjungi ockta dan hanya mampu menanti ockta terbangun dari tidur panjangnya. Aya hanya berharap ia mampu mengatakan “Aya sayang ockta selamanya”. Walau kecil kemungkinan ia dapat melihat senyum ockta lagi.
Saat sore hari aya menjenguk ockta kerumah sakit, aya membawa 15 tangkai bunga mawar putih yang menandakan hari ini adalah hari jadian mereka ke 1 tahun 3 bulannya. Air mata aya menetes diujung kelopak bunga mawar yang ia bawa.
Entah keajaiban dan jalan apa yang diberikan tuhan, tak lama kemudian jemari ockta bergerak lemah. Ia mulai menyebut-nyebut nama aya berulang-ulang kali, hingga ia mampu membuka matanya dan menatap aya disebelah aya dengan 15 tangkai bunga mawar ditangan kanan aya tersenyum memandangi ockta yang akhirnya terbangun selama beberapa bulan tertidur lelap.
Ockta menggenggam tangan aya lemah, dan berusaha menjelaskan suratnya. Tetapi aya menutup bibir ockta seakan tak membiarkannya berbicara lagi. “aya udah tau semuanya”. Kata aya sambil memeluk ockta.
Dokter datang keruangan ockta untuk memeriksa keadaannya setelah koma. Beberapa minggu kemudia ocktapun memaksa untuk pulang kerumah.
Setiap hari setiap bangun tidur ockta selalu menyilang kalender dimeja belajarnya. Ia seakan tahu kapan ia akan meninggalkan dunianya. Setiap hari aya selalu membuat ockta tersenyum bahagia. Tak pernah aya absen untuk bertemu dengan ockta.

-          Hari pertama setelah keluar dari rumah sakit
Hari ini adalah hari pertama ockta setelah keluar dari rumah sakit. aya dan ockta pergi ketempat favorite mereka hari itu. “ockta, apapun yang terjadi.. aya selalu sayang sama ockta. dan aya berharap, ockta juga begitu. Aya ingin selalu disamping ockta”. kata aya dengan mata terpejam bersandar dibahu ockta. “iya aya, ockta akan selalu ada disamping aya sampai nanti ockta menutup mata untuk selamanya”. Ucap ockta sambil mencium kening aya dan memeluknya erat.
            Setelah berlama-lama dan merasa bosan dengan suasana disana, ayapun mengajak ockta kesuatu tempat dengan menutup mata ockta hingga mereka sampai ditempat yang aya maksudkan. “keeeejjjuuutttaaaannnnn………………….”. sambil membuka tutup mata di mata ockta. ia sangat terkejut, berdiri dikelilingi kelopak bunga berbentuk jantung dihiasi lilin-lilin kecil dengan deburan ombak yang indah disenja hari. ini adalah sebuah tempat makan malam yang sengaja direncanakan oleh aya untuk ockta. ockta tertawa kaget memandangi yang ada disekelilingnya. Ockta memeluk erat tubuh mungil aya. hari ini adalah hari pertama yang indah untuk ockta. setelah makan malam. . . ockta memberikan satu helay daun kering untuk aya. “ini untuk aya, ini tidak mahal.. tetapi ockta akan memberikannya setiap hari. hingga suatu ketika aya pasti mengerti untuk apa daun ini. Tolong disimpan ya, jangan sampai hilang”. Ucap ockta dalam terangnya lilin-lilin kecil disekelilingnya tanpa satupun lampu . “aya akan jaga ini, … terimakasih ya, aya suka ini”. Kata aya menggenggam tangan ockta erat.
            Setelah makan malam, ayapun mengantar ockta kembali kerumah…. ….
Keesokan harinya……
-          Hari kedua
Hari ini adalah hari kedua ockta. hari ini aya dan ockta dengan mobilnya melaju kesuatu tempat yang sangat indah. Ini adalah tempat yang sudah lama tidak aya dan ockta kunjungi bersama. “danau”. Ockta sangat jatuh cinta dengan tempat ini. Mereka menghabiskan waktunya diatas air danau yang sangat dingin dengan perahu sampan kecil., makan siang diatas perahu, berfoto, hingga tertawa terbahak sampai perahu tergoyang keras tak diperdulikan oleh mereka.
            Hari kedua, ockta memberikan daun kering lagi kepada aya. diatas perahu dan suasana yang dingin menyelimuti suasana hati yang sedang kasmaran ini. “ini daun kedua untuk aya.. aya jaga ya..”. kata ockta pada aya. . . .
Setelah puas berperahu didanau yang nan dingin, aya dan ocktapun kembali pulang karena senja telah tiba.

Keesokan harinya……..
-          Hari ketiga
Ini adalah hari ketiga ockta.. .. seperti pagi sebelumnya ockta member tanda silang pada kalender dikamarnya. Ia kembali menghela nafasnya berkali-kali. Sambil memandangi foto aya. tiba-tiba suara terdengar suara klakson mobil aya didepan pintu gerbang. Hari ini, aya mengajak ockta untuk memancing ikan dikolam ikan tak jauh dari lokasi sekolah aya.
            Bermain pancing memang sangat menyenangkan untuk melatih kesabaran. Oleh karena itu, aya mengajak ockta ke kolam pancing. Tak satupun ikan yang mau nyangkut di kail mereka. Tetapi mereka hanya mampu tertawa menertawai ikan-ikan yang dipikirnya mampu berbicara dengan manusia. Dengan lelucon tak bermutunya aya tak menyangka ada sesuatu yang menarik-narik kailnya, ia tariknya begitu kencang dan sekuat tenaga. Ockta dari belakang aya memegang tangan aya dan membantu menarik ikannya, sedetik mereka saling memandang. ..
Ikan yang didapatinya sangatlah besar dan tetntunya berat. Karena ditempat kolam pemancingan itu ada jasa panggang memanggang, akhirnya mereka memutuskan untuk membakar ikan hasil tnagkapan mereka disana. Dan menikmati santap senjanya. Hingga malam hari tiba. Ocktapun kembali memberikan daun kering yang ketiga untuk aya. dengan pesan dan kata-kata yang sama.
Keesokan harinya….
-          Hari keempat
Memberi tanda silang pada kalendernya. Hal ini yang tidak pernah ia lupakan. Hari ini seperti biasa aya menjemput ockta kerumah. Klakson kembali terdengar dari balik pintu gerbang seperti hari-hari kemarin. Hari ini mereka pergi ketaman rekreasi water boom…
Tak akan pernah ia lupakan hari ini. tertawa, tersenyum, canda dan tawa hiasi hari ini. dan diakhir pertemuannya, ockta kembali memberikan daun kering ke empat untuk aya.
            Besok adalah hari keliama ockta, iya memutuskan  untuk tidak bertemu aya lagi. Ockta kembali hilang tanpa kabar. Orang tua ockta tidak bisa memberi tahu keberadaan ockta sekarang. Aya kembali menjadi orang yang kebingungan tanpa tahu maksud dari semua itu. iya masih sangat ingat bagaimana hari-hari itu mereka lalui bersama. Seminggu, sebulan, setahun sudah aya menanti kedatangan ockta. namun tak sedikitpun ada kabar tentang ockta ditelinganya. Hingga akhirnya aya lulus SMA dan melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi di Bandung. Iya ingin melupakan ockta di kota kelahirannya itu dengan mengambil jurusan kedokteran di Bandung. Walau tak pernah sanggup aya lupakan bayangan tentang ockta. ockta adalah pria pertama yang pernah ada di  dalam hati aya.
            Hari demi hari berlalu, cerita tentang ockta telah menghilang sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang perempuan sebayanya yang kebetulan baru saja pindah di depan rumah aya. Iya adalah calon mahasiswi Kedokteran di kampus aya juga. Canda namanya, canda adalah perempuan yang lucu dan menyenangkan. Mereka menjadi semakin akrab satu sama lain. Hingga suatu ketika dompet aya tertinggal di mobil canda saat sepulang dari kampus. Tak sengaja canda melihat ada foto aya dengan seorang pria yang sangat mirip dengan sepupu canda. Canda tidak menanyakan apapun tentang foto itu.
            Ayapun mulai dekat dengan seorang pria asal bogor. Kedekatan mereka menjadi serius, hingga akhirnya aya menjalin hubungan dengan pria asal bogor yang bernama Andre itu. baru beberapa waktu mereka menjalin hubungan itu, andrepun menghianati cinta aya. “mungkin aya emang gak mungkin pernah bisa nemuin orang sebaik ockta, aya gak akan pernah bisa melupakan dia dari dalam hari aya”, kata aya pada canda sambil menghapus air mata nya itu. “ockta ? siapa itu ockta ?”, Tanya canda kaget. “ockta, ockta itu adalah cinta pertama aya. di masa SMA. Tapi ockta pergi begitu saja tanpa aya tau kemana dia pergi. Sudah hampir 3 tahun aya mencari keberadaanya sekarang tetapi, tak ada sedikitpun kabar tentang ockta. ayah dan ibunya tidak mau memberi tahu aya tentang keberadaan ockta sampai saat ini”. sambil memperlihatkan foto aya dan ockta didalam dompet aya. “Ockta!”. kata canda kaget dan lemas memandangi foto itu. “iya kenapa ? kamu kenal dia ?”. Tanya aya pada canda. “ti… ti.. tidak , aku tidak tau siapa dia”. Sahut canda lemas memandangi wajah aya yang telah lama menantinya.
            Aya mulai melupakan masalahnya dengan andre. Ayapun mencari kesibukan sebagai penulis. Ia menulis cerita tentang kisah cintanya dengan ockta dengan harapan suatu saat nanti ockta dapat membaca novel yang dibuatnya untuk ockta. hingga novel pertamanya terbit dan menjadi best seller di beberapa toko buku. Kini banyak orang yang mengenal sosok seorang aya. dan setiap perjalanannya untuk mempromosikan novel pertamanya itu, ia selalu mengatakan diakhir acara “aya selalu menanti ockta”. keberhasilanya pada buku pertamanya itu membuat aya mengenal sosok seorang Sandi yang juga merupakan penulis sekaligus produser. Sosok sandi yang selalu mengerti aya dan mencintai aya apa adanya membuat aya jatuh cinta pada sandi. Hingga akhirnya mereka menjalin hubungan yang serius. Hingga akhirnya aya lulus dari study nya di kedokteran dan merencanakan untuk melanjutkan hubungan mereka kepernikahan. Pada hari yang bahagia 26 September adalah hari yang paling bersejarah didalam hidup aya.
Canda : aku seneng banget liat kamu akhirnya menemukan cinta sejati kamu.
Aya     : terimakasih ya, kamu selalu ada untuk aya. aku sayang banget sama kamu. Kamu sahabat terbaik ku selama ini.  (memeluk canda).
Canda  : iya, sama-sama aku seneng banget…. Tapi aku punya satu hal yang harus aku ceritakan ke kamu. Tapi kamu harus janji, kamu gak boleh sedih, marah atau segala sesuatu yang bikin mood kamu rusak hari ini.
Aya     : iya iya apa siih memang ?
Canda : ini, surat dari seseoranga yang selama ini kamu cari-cari. Aku sebenernya adik sepupunya. Tapi tante ayu mamanya ockta berpesan pada ku saat aku kembali ke rumah kemarin untuk tidak member tahu hal ini pada kamu. Karena ini harus diceritakan saat kamu berada di cinta sejati kamu. Berada disaat saat yang paling membahagiakan untuk kamu. (sambil menyerahkan surat ditangan canda)
Aya     : apa ?! (kaget)
Canda  : aku tinggal ya..

Dear
Aya my love fata
            Mungkin saat kamu baca surat ini adalah hari bahagia untuk kamu. Aku disini ikut bahagia karena aku selalu tersenyum saat aku melihat kamu tersenyum disana dan akan menangis saat aku melihat kamu menangis disana. Maafkan aku peri kecilku, aku yang pergi begitu saja tanpa pamit untuk terakhir kalinya denganmu. Aku hanya tidak ingin melihat kamu menangisi kepergianku. Disaat kepergianku, aku tak ingin orang yang aku cintai menangis dan tersakiti. Aya, kamu tahu.. mengenalmu adalah hal terindah didalam hidupku, hari kelima itu tidak mungkin aku lalui dengan mu karena aku tau.. ini adalah hari terakhirku melihat matahari yang bersinar hari itu. Aku akan menjadi salah satu bintang diatas sana. Saat kamu menrindukanku aku akan berkedip untuk mu tanda aku juga selalu merindukanmu disini. Aku sangat bahagia melihat senyummu hari ini. aku sangat mencintai, kamu adalah cinta pertama dan terakhirku aya. aku akan selalu mencintaimu dan selalu menjagamu dari rumah terindah tuhan.
Ockta.
Di dalam amplop kecil itu ia ambil selembar daun kering ke-4 dari ockta. yang disatukan tulisanya “ I LOVE U SO MUCH AYA”, dan foto-foto saat-saat terakhir mereka. 

Aya tidak mampu membendung air matanya. Sedih bercampur bahagia dialami aya hari ini. aya keluar dengan gaun pengantinnya yang sangat cantik. Melangkah didampingi sandi cinta sejatinya. Mengucapkan janji cinta mereka di hadapan pastur dan banyak orang yang hadir saat itu. hari yang tidak akan pernah aya lupakan.
“are u okay ?” Tanya canda hawatir. “ iya, aku baik-baik saja kok.. jangan hawatir”. Sahut aya dengan senyuman.
“terimakasih karena ockta pernah memberikan cinta untuk aya. ockta mengajarkan aya untuk selalu tegar dan gak cengeng. Aya udah buktiin sekarang kalau aya kuat dan gak cengeng. Semoga ockta tenang di rumah terindah tuhan. Aya akan selalu melihat ockta setiap malam. berkediplah setiap saat aya merindukan ockta”…..

-TAMAT-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Awesome...
Bagus bgt...
Terharu aq pit...
Nilainya 99...
bnerin ejaannya...
(˘̩̩̩﹏˘̩ƪ)

Othey arieska mengatakan...

hahahaha thanks a lot piit.. tunggu kisah selanjutnya :D

Posting Komentar